A. KEGIATAN PENJELAJAHAN DI GUNUNG
Mendaki
gunung adalah suatu olahraga yang penuh petualangan dan membutuhkan
keterampilan, kecerdasan, kekuatan serta daya juang yang tinggi. Bahaya dan
tantangan merupakan daya tarik dari kegiatan ini. Pada hakikatnya bahaya dan
tantangan tersebut adalah untuk menguji kemampuan diri dan untuk dapat
menyatukan diri dengan alam. Keberhasilan suatu pendakian, yaitu keunggulan
terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan diri sendiri.
Di
Indonesia, kegiatan mendaki gunung mulai dikenal sejak tahun 1964 ketika
pendaki Indonesia dan Jepang melakukan suatu ekspedisi gabungan dan berhasil
mencapai puncak Soekarno di pegunungan Jayawijaya, Irian Jaya (sekarang Papua).
Mereka adalah Soedarto dan Soegirin dari Indonesia, serta Fred Atabe dari Jepang.
Pada
tahun yang sama, perkumpulan-perkumpulan pendaki gunung mulai lahir, dimulai
dengan berdirinya perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung WANADRI di
Bandung dan Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) di
Jakarta, kemudian diikuti oleh perkumpulan-perkumpulan
lainnya di berbagai kota di Indonesia
Kegiatan
mendaki gunung telah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu, bahkan menurut
kisah Mahabarata. Pandawa Lima yang terdiri atas Sadewa, Nakula, Arjuna, Bhima
dan Yudhisthira, beserta istri mereka Draupadi, mendaki gunung Mahameru untuk
mencapai puncaknya.
B. SEJARAH PERKEMBANGAN PENJELAJAHAN ALAM
BEBAS
Dalam
sejarah dunia, pendakian gunung tertinggi pertama kalinya terjadi dengan
pencapaian Puncak Everest oleh Sir Edmund Hillary, pendaki gunung asal New
Zealand dan Tenzing Norgey, seorang sherpa (Pemandu atau porter di Pegunungan
Himalaya yang berasal dari bangsa Tibet) pada tahun 1953.
Keinginan
manusia untuk mendaki gunung sebelumnya sudah muncul pada abad ke-19, ketika
orang-orang Swiss (The Alps) mulai
mendaki gunung-gunung untuk mencapai puncaknya. Edward Whymper seorang
berkebangsaan Inggris merupakan orang yang pertama berhasil mencapai puncak
Gunung Matterhorn pada tahun 1865.
Sejak
saat itu, banyak ekspedisi-ekspedisi untuk mencapai puncak-puncak
gunung di dunia. Klub pendakian gunung Alpine Club dari Inggris telah melakukan
lebih dari 600 ekspedisi semenjak Alpine Club didirikan pada tahun 1857.
Tercatat dalam Russian Mountaineering Federation, bahwa telah dilakukan 48
ekspedisi untuk mencapai puncak-puncak Himalaya pada tahun 1994-1998.
Di
Indonesia sendiri tercatat 145.151 orang yang mendaki Gunung Gede Pangrango,
Jawa Barat pada tahun 1996-2000. Dijelaskan pula dalam Diktat Sekolah Manajemen
Ekspedisi Wanadri 2000 bahwa hampir semua perguruan tinggi atau SLTA mempunyai
kelompok-kelompok penggiat alam terbuka.
Baik
secara perorangan maupun berkelompok, mereka mengembangkan segi petualangan,
ilmu pengetahuan, olahraga, rekreasi dan wisata. Perkembangan ini dilakukan
secara luas, baik hanya mencakup satu segi saja maupun secara berkaitan
(misalnya mendaki gunung untuk melakukan petualangan saja, olahraga saja, atau
untuk olahraga, rekreasi dan wisata) yang mengembangkan segi ilmu pengetahuan
dan segi petualangan.
Keberhasilan
suatu kegiatan di alam terbuka juga ditentukan oleh perencanaan dan perbekalan
yang tepat. Dalam merencanakan perlengkapan perjalanan terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan, di antaranya:
1.
mengenal jenis medan yang akan
dihadapi (hutan, rawa, atau tebing);
2.
menentukan tujuan perjalanan
(penjelajahan, latihan, penelitian, atau SAR);
3.
mengetahui lamanya perjalanan
(misalnya 3 hari, seminggu, atau sebulan);
4.
mengetahui keterbatasan kemampuan
fisik untuk membawa beban;
5.
memperhatikan hal-hal khusus (misalnya
obat-obatan tertentu).
C. PERENCANAAN PERLENGKAPAN PENJELAJAHAN
Setelah mengetahui hal-hal tersebut,
kita dapat menyiapkan perlengkapan dan perbekalan yang sesuai dan selengkap
mungkin, tetapi beratnya tidak melebihi sepertiga berat badan (sekitar 15-20
kg), walaupun ada yang mempunyai kemampuan mengangkat beban sampai 30 kg.
Adapun
beberapa perlengkapan yang harus dipersiapkan, antara lain sebagai berikut:
1.
Perlengkapan dasar
Perlengkapan
dasar meliputi:
a.
perlengkapan dalam
perjalanan/pergerakan;
b.
perlengkapan untuk istirahat;
c.
perlengkapan makan dan minum;
d.
perlengkapan mandi;
e.
perlengkapan pribadi.
2.
Perlengkapan khusus
Perlengkapan
khusus dalam penggunaannya disesuaikan dengan perjalanan, misalnya:
a.
perlengkapan penelitian (kamera, buku,
dan sebagainya);
b.
perlengkapan penyusuran sungai
(perahu, dayung, pelampung, dan sebagainya);
c.
perlengkapan pendakian tebing batu
(carabineer, tali, chock, dan sebagainya);
d.
perlengkapan penelusuran gua (helm,
headlamp/senter, harness, sepatu karet, dan sebagainya).
3.
Perlengkapan tambahan
Perlengkapan
tambahan dapat dibawa atau tergantung evaluasi yang dilakukan (semir, kelambu,
gitar, dan sebagainya).
Mengingat pentingnya penyusunan perlengkapan dalam suatu perjalanan, maka sebelum memulai
kegiatan, sebaiknya dibuatkan checklist terlebih dahulu. Perlengkapan
dikelompokkan menurut jenisnya, lalu periksa lagi mana yang perlu dibawa dan
tidak.
Apabila
perjalanan kita lakukan dengan berkelompok, maka checklistnya untuk
perlengkapan regu dan pribadi. Dalam perjalanan besar dan memerlukan waktu yang
lama, kita perlu menentukan perlengkapan dan perbekalan mana saja yang dibawa
dari rumah atau titik keberangktan, dan perlengkapan atau perbekalan mana saja
yang bisa dibeli di lokasi terdekat dengan tujuan perjalanan kita.
Untuk
menjadi seorang pendaki gunung yang baik diperlukan beberapa persyaratan,
antara lain sebagai berikut:
a. Sifat mental; seorang pendaki gunung
harus tabah dalam menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan di alam terbuka.
Tidak mudah putus asa dan berani, dalam arti kata sanggup menghadapi tantangan
dan mengatasinya secara bijaksana dan juga berani mengakui keterbatasan
kemampuan yang dimiliki.
b. Pengetahuan dan keterampilan; meliputi
pengetahuan tentang medan, cuaca, teknik-teknik pendakian pengetahuan tentang
alat pendakian dan sebagainya.
c. Kondisi fisik yang memadai; mendaki
gunung termasuk olahraga yang berat, sehingga memerlukan kondisi fisik yang
baik. Berhasil tidaknya suatu pendakian tergantung pada kekuatan fisik. Untuk
itu agar kondisi fisik tetap baik dan siap, kita harus selalu berlatih.
d. Etika; harus kita sadari sepenuhnya
bahwa seorang pendaki gunung merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki
kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang berlaku yang harus kita pegang dengan teguh.
Mendaki gunung tanpa memikirkan
keselamatan diri bukanlah sikap yang terpuji, selain itu kita juga harus
menghargai sikap dan pendapat masyarakat tentang kegiatan mendaki gunung yang
selama ini kita lakukan. Etika
saat melakukan penjelajahan gunung, antara lain sebagai berikut:
1)
Tidak merusak alam dan ekosistem
dengan membuang sampah sembarangan.
2) Berhati-hati dalam penggunaan api
untuk berbagai keperluan karena akan menyebabkan kebakaran hutan.
3) Tetap menjaga kelestarian hutan dengan
tidak menebang pohon atau meninggalkan tali-talian di pepohonan dan
lainnya.
D. PENYELAMATAN PENJELAJAHAN DI
PEGUNUNGAN
Pertolongan
pertama merupakan pertolongan yang bersifat sementara yang diberikan kepada
seseorang yang menderita sakit mendadak atau mendapat kecelakaan sebelum
mendapat perawatan dari para medis. Komponen penting dalam Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan (P3K) sebagai berikut:
1.
Memberi perasaan tenang pada penderita
atau semaksimal mungkin menghilangkan rasa takut.
2.
Mengurangi bahaya luka yang lebih
besar.
3.
Jangan panik dan bersikap dengan
tenang.
4.
Perhatikan pernapasan korban.
5.
Hentikan pendarahan.
6.
Perhatikan tanda-tanda shock.
7. Jangan
memindahkan korban secara terburu-buru.
Ketika
kita melakukan kegiatan di alam terbuka, bukan tidak mungkin terjadi hal-hal
yang tidak kita inginkan. Biasanya selalu ada yang terkena luka ringan yang
harus segera diobati. Luka merupakan kerusakan pada bagian kulit luar. Hal itu
disebabkan oleh benda-benda tajam (pisau, golok, gunting, dan sebagainya) atau
benda-benda tumpul (pukulan kayu, batu, terpeleset, terkilir, dan sebagainya).
Biasanya
luka akan diikuti dengan pendarahan. Pendarahan dapat keluar dari salah satu
bagian yang terluka atau terjadi di bagian dalam tubuh. Risiko terjadinya
infeksi dapat dicegah dengan memberikan pertolongan secepat mungkin. Untuk itu
perlu dilakukan beberapa tindakan berikut sebagai pertolongan pertama, yaitu:
1.
Luka kecil yang tidak terlalu dalam,
dapat segera diberi obat antiseptik atau dibalut dengan plester.
2. Luka kecil tetapi dalam, dapat segera
dibalut dengan perban steril dan harus segera dibawa ke dokter.
3. Luka yang besar dan dalam, memerlukan
penanganan dokter. Luka harus dibersihkan di air mengalir, air matang yang
sudah direbus, ataupun alkohol. Kemudian, segeralah ke dokter atau rumah sakit
terdekat.
Langkah-langkah
awal penyelamatan, yaitu:
1.
menyelamatkan jiwa korban;
2.
meringankan penderitaan dan mencegah
cedera semakin parah;
3.
mempertahankan daya tahan korban.
Rangkuman
1. Mendaki gunung adalah suatu olahraga
keras, penuh petualangan dan membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan,
serta daya juang yang tinggi.
2.
Di Indonesia, kegiatan mendaki gunung
mulai dikenal sejak tahun 1964, ketika pendaki Indonesia dan Jepang melakukan
suatu ekspedisi gabungan dan berhasil mencapai puncak Soekarno di Pegunungan
Jayawijaya, Irian Jaya (sekarang Papua).
3. Kegiatan mendaki gunung telah
dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu, bahkan menurut kisah Mahabarata.
Pandawa Lima yang terdiri atas Sadewa, Nakula, Arjuna, Bhima dan Yudhisthira,
beserta istri mereka Draupadi, mendaki gunung Mahameru untuk mencapai
puncaknya.
4. Dalam sejarah dunia, pendakian gunung
tertinggi pertama kalinya terjadi dengan pencapaian puncak Everest oleh Sir
Edmund Hillary, pendaki gunung asal New Zealand dan Tenzing Norgey, seorang
sherpa (pemandu atau porter) di Pegunungan Himalaya berasal dari asal Tibet pada
tahun 1953.
5.
Merencanakan perlengkapan perjalanan,
antara lain mengenal jenis medan yang akan dihadapi (hutan, rawa, tebing, dan
sebagainya), menentukan tujuan perjalanan (penjelajahan, latihan, penelitian,
SAR, dan sebagainya), mengetahui lamanya perjalanan (misalnya tiga hari,
seminggu, sebulan, dan sebagainya), mengetahui keterbatasan kemampuan fisik
untuk membawa beban, dan memerhatikan hal-hal khusus (misalnya: obat-obatan
tertentu).
6. Jenis perjalanan yang disesuaikan
dengan medannya, antara lain perjalanan pendakian gunung, perjalanan menempuh
rimba, perjalanan penyusuran sungai, pantai dan rawa, perjalanan penelusuran
gua, dan perjalanan pelayaran.
7. Pengelompokan perlengkapan meliputi
perlengkapan dasar, perlengkapan khusus, dan perlengkapan tambahan
8. Persiapan penjelajahan di gunung
meliputi sikap mental, pengetahuan dan keterampilan, kondisi fisik yang
memadai, dan etika.
Belum ada tanggapan untuk "Penjelajahan di Gunung, Materi Penjas Kelas 10 SMA"
Post a Comment