Pengertian Isi Surat, Bagian-Bagian Isi Surat dan Contohnya

Isi surat adalah bagian surat yang digunakan untuk menyatakan berita atau sesuatu yang ingin dinyatakan dalam surat tersebut. Bagian isi surat pada surat resmi, biasanya, berisi atau terdiri atas paragraf isi dan paragraf penutup. Namun, pembagian ini tidak bersifat mutlak. Pengirim surat dapat menggabungkan satu bagian dengan bagian yang lain sehingga menjadi sebuah wacana yang dapat dipahami isinya.

1) Paragraf Pembuka

Paragraf pembuka adalah bagian surat yang berfungsi sebagai pengantar pembaca kepada inti pokok surat. Dengan kata lain, paragraf pembuka berguna sebagai penuntun jalan pikiran pembaca kepada masalah yang akan dibicarakan dalam uraian inti surat.

Berikut ini adalah beberapa contoh kalimat awal pada paragraf pembuka dengan berbagai variasi surat:

·       Untuk surat pertama memakai:
Kami beritahukan kepada Saudara bahwa....
Dengan surat ini, kami sampaikan kepada Saudara bahwa
Dengan gembira, kami kabarkan bahwa ....
Sesuai dengan pembicaraan kita seminggu yang lalu,....
Dengan ini, kami kabarkan bahwa ....
Bersama surat ini, kami kirimkan kepada Saudara ....
Sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan ....

·       Untuk surat susulan dapat memakai:
Menunjuk surat kami tanggal....
Sehubungan dengan surat kami tanggal ....
Menyusul surat kami tanggal ....
Mengulangi surat kami tanggal ....

·       Untuk balasan surat sering digunakan:
Membalas surat saudara tanggal ....
Sehubungan dengan surat saudara tanggal ....
Memenuhi permintaan Saudara ....
Menunjuk surat Saudara tanggal....
Surat Saudara tertanggal .... nomor ...

·       Untuk menunjuk sesuatu yang menjadi dasar menyusun surat, dipergunakan kalimat pembuka:
Sehubungan dengan surat dari Kopertis Wilayah IV tertanggal 10 Juni 2000, nomor 65/V/2005, dengan ini, kami meminta kesediaan Bapak/Ibu untuk ....
-     Dengan senang hati, kami daftar catatan harga ...
-     Pada hari ini, kami menerima pesanan dari Alfin ...
-     Dengan ini, kami minta dikirimkan ...

·       Untuk menyatakan tujuan yang akan dilaksanakan dapat dipergunakan kalimat pembuka:
Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2006, Universitas Galuh Ciamis akan mengadakan serangkaian acara yaitu ....

2) Isi Surat Sesungguhnya

Bagian surat ini memuat sesuatu yang akan disampaikan, diberitakan, dinyatakan, atau dimintakan kepada penerima surat. Untuk menyusun isi surat dengan baik, hendaknya, diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a.   a tetapkan terlebih dahulu bentuk surat yang akan ditulis;
b.   tentukan maksud atau tujuan surat tersebut;
c.   urutkan terlebih dahulu maksud surat tersebut secara sistematis dan logis;
d.   tuliskan setiap isi dalam satu paragraf;
e.   hindari penggunaan istilah dan akronim yang belum lazim;
f.    tulislah surat tersebut dengan EYD yang tepat;
g.   gunakan bahasa yang baik dan benar;
h.   hindarkan penggunaan kalimat yang berbelit-belit, sebaiknya, digunakan kalimat-kalimat yang efektif.

3) Paragraf Penutup

Paragraf penutup berfungsi untuk menutup isi surat. Dapat pula dikatakan bahwa paragraf penutup ini dianggap sebagai kunci isi surat atau penegasan isi surat. Paragraf penutup berisi harapan dan ucapan terima kasih kepada penerima surat. Perhatikan contoh paragraf berikut ini:

a.   Atas bantuan saudara, kami ucapkan terima kasih.
b.   Harapan kami, mudah-mudahan kerja sama kita yang baik ini dapat ditingkatkan terus.
c.   Atas perhatian dan kesediaan Bapak, kami ucapkan terima kasih.

4) Salam Penutup

Salam penutup sebuah surat dapat digunakan untuk menunjukkan rasa hormat dan rasa keakraban pengirim surat kepada penerima surat. Namun, perlu diingat, untuk surat-surat resmi yang bersifat formal atau penting, tidak perlu menggunakan salam penutup. Surat diakhiri dengan menuliskan jabatan pengirim surat atau orang yang menandatangani surat tersebut. Perhatikan beberapa contoh salam penutup berikut ini:

a.   Hormat kami;
b.   Salam kami;
c.   Wasalam; dan
d.   Hormat saya.

5) Tanda Tangan, Nama, dan Jabatan Penulis/Pengirim Surat

Sebuah surat dianggap sah jika telah ditandatangani oleh pejabat atau orang yang berwenang atas penulisan surat tersebut. Surat yang belum ditandatangani oleh orang yang berwenang, belum dianggap sah atau bahkan dianggap tidak sah. Dalam kenyataan di lapangan, tidak semua surat dapat diselesaikan oleh kepala atau pemimpin instansi perusahaan yang bersangkutan.

Hal ini disebabkan oleh banyaknya tugas yang harus ditangani oleh pemimpin tersebut. Oleh karena itu, untuk beberapa surat, penandatanganan dapat dilimpahkan kepada pejabat di bawah pimpinan atau orang yang ditunjuk oleh pemimpin, sesuai dengan tata kerja yang berlaku pada yang bersangkutan.

Berikut ini, beberapa contoh penandatanganan surat oleh pejabat yang berwenang dalam hal itu:

• Surat yang dibuat dan ditandatangani oleh pemimpin unit utama.
Contoh:
Rektor,
ttd,
Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd.
NIP 130514766
Sumber: www.upi.net

• Surat yang dibuat dan ditandatangi oleh pemimpin unit utama atas nama menteri.
Contoh:
a.n. Menteri Pendidikan Nasional
Sekretaris Jenderal,
ttd,
Drs. Bambang Sudibyo, M.Pd.
NIP 130813772
Sumber: www.pmptk.net

Penandatanganan surat pada contoh di atas tanpa harus meminta persetujuan menteri terlebih dahulu.

Surat yang dibuat atas nama menteri, namun ditandatangani oleh sekertaris jenderal setelah mendapat persetujuan menteri.

Contoh:
Menteri Pendidikan Nasional
a.n.b.
Sekretaris Jenderal,
ttd,
Drs. Bambang Sudibyo, M.Pd.
NIP 130813772
Sumber: www.pmptk.net

Penandatanganan surat dengan a.n.b. dianggap lebih kuat dibandingkan penandatanganan dengan a.n.

• Surat yang dibuat oleh pejabat eselon II setelah mendapat mandat dari pemimpin utama, tetapi penandatanganannya didelegasikan kepada pejabat eselon III.

Contoh:
a.n. Direktur Jenderal Pendidikan Atas
Sekretaris Direktorat Jenderal,
u.b.
Kepala Bagian Kepegawaian
ttd,
Anandy Wati
NIP 060071666
Sumber: www.perbendaharaan.go.id

Postingan terkait:

1 Tanggapan untuk "Pengertian Isi Surat, Bagian-Bagian Isi Surat dan Contohnya"