Salam cerdas…..
Kosmetika pembersih sebaiknya memiliki daya melarutkan bahan-bahan, baik yang larut dalam air, maupun yang larut dalam minyak, berwujud emulsi O/W, tidak bersifat asam dan banyak mengandung minyak atsiri (etherical oils), karena sifat-sifat pengencangnya yang dapat menciutkan pori-pori. Kosmetika pembersih sebaiknya memiliki kandungan pH lebih ke arah basa yang dapat membuat kulit menjadi lunak sehingga kotoran mudah dibersihkan. Bahan pembersih pada dasarnya menggunakan air, minyak, serta bahan padat yang dapat menyerap kotoran, dan digunakan dengan cara menggosokannya secara mekanis.
1. Kosmetik Pembersih Kulit Berbahan Dasar Air
Air merupakan bahan pembersih yang paling umum, hal ini disebabkan karena air murah, non-toksis serta air tidak berbahaya bagi kulit. Ditinjau dari sudut kosmetika modern, air memiliki kekurangan antara lain tidak punya daya pembasah yang kuat karena ditolak oleh keratin.
Untuk memperbaiki daya pembersih air, biasanya ditambah kan alkohol ke dalamnya, seperti dalam face lotion atau astringent lotion. Penambahan alkohol memberikan beberapa keuntungan yaitu :
1) mengurangi tegangan permukaan kulit sehingga kulit menjadi lebih mudah basah.
2) menimbulkan rasa segar karena penguapan alkohol.
3) menimbulkan efek pengurangan minyak kulit.
4) parfum yang digunakan dalam lotion menjadi lebih mudah larut.
5) menimbulkan efek astringent serta desinfektan ringan.
Kosmetik pembersih biasa menggunakan ethyl alkohol sebanyak 20 - 40 %. Jika penggunaan ethyl alkohol lebih tinggi, pengurangan minyak kulit akan terlalu kuat dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Face lotion atau astringent lotion digunakan untuk menyegarkan dan membersihkan kulit dari kotoran yang larut dalam air serta digunakan setelah pemakaian susu pembersih (cleansing milk) atau krim pembersih (cleansing cream) yang berbahan dasar minyak. Penambahan gliserol, glikol atau sorbitol dalam face lotion atau astringent lotion memiliki efek pelembut kulit. Face lotion atau astringent lotion umumnya diberi warna untuk membedakannya dari air biasa.
2. Kosmetik Pembersih Kulit Berbahan Dasar Surfactant
Pembersih yang lebih baik dan lebih kuat daya pembersihnya, dapat dibuat dengan menambahkan surfactant ke dalam air tersebut. Surfactant (surface active agens) adalah bahan-bahan yang memperbaiki daya pembersih air karena mampu memperbesar daya pembasah kulit dan mencegah partikel-partikel kotoran melekat pada kulit dengan jalan mengemulsinya, melarutkannya dan mendispersinya. Bahan-bahan surfactant menyebabkan pembuangan kotoran normal dari kulit mudah dibersihkan. Bahan-bahan yang bersifat surfactant antara lain sabun, produk-produk kondensasi protein-asam lemak, sulfonated oils dan anionic surfactant.
Sabun adalah produk campuran garam natrium dengan asam stearat, palmitat dan oleat yang berisi sedikit komponen asam miristat dan laurat. Sabun merupakan kosmetik pembersih yang paling tua karena sudah digunakan sejak berbad-abad silam. Fungsi sabun yang cukup tinggi dan populer sebagai kosmetik pembersih disebabkan oleh sifat-sifat baiknya seperti memiliki daya pembersih yang kuat terutama dalam air murni, kurang berbahaya bagi kulit, harga relatif murah dan bahan-bahannya mudah didapat. Kelemahan penggunaan sabun sebagai kosmetik pembersih adalah diantaranya sabun yang mengandung alkalisasi, sehingga dapat menyebabkan iritasi dan alergi pada kulit, dapat pula menyebabkan pembengkakan keratin kulit dan menyebabkan pengurangan minyak (degreasing) berlebihan hingga kulit akan menjadi kering.
Beberapa produk sabun diupayakan dibuat dengan efek samping seminimal mungkin, oleh sebab itu dipergunakan bahan-bahan alami sebagaimana dijelaskan pada bahasan sebelumnya (lihat bahasan tentang Biokosmetika).
Berikut beberapa contoh sabun wajah yang menerapkan konsep Biokosmetika :
Keterangan :
A : Sabun Sari Plasenta Sapi D : Sabun Plasenta
B : Sabun Sari Pepaya E : Sabun Ginseng
C : Sabun Bunga Kenanga
3. Kosmetik Pembersih Kulit Berbahan Dasar Minyak
Kosmetik pembersih yang berbahan dasar minyak mempunyai keuntungan sebagai berikut :
1) Lebih efektif dalam membersihkan kotoran yang larut dalam minyak dan tidak larut dalam air, seperti make-up
2) Resiko kulit menjadi kering dan pecah-pecah dapat dikurangi
3) Kandungan minyak dalam kosmetik pembersih lebih besar affinitasnya sehingga daya pembersihnya lebih besar.
Kekurangan kosmetik pembersih yang didasarkan pada minyak adalah bahan-bahan yang digunakan seperti mineral oil harganya lebih mahal, air yang tertinggal di permukaan kulit sulit menguap dan kotoran yang larut dalam air sukar dibersihkan dengan minyak.
Kosmetik pembersih berbahan dasar minyak mencakup :
1) Liquefying cleansing creams
Preparat ini merupakan campuran sederhana minyak dan wax. Contoh paling sederhana dan penggunaannya sangat efektif adalah minyak zaitun (olive oil) murni, yang tidak menimbulkan reaksi negatif pada kulit. Creams tanpa air bersifat thixotropik yaitu meleleh di bawah tekanan (ketika dikenakan pada kulit). Viskositas nya tidak boleh terlalu tinggi sehingga menimbulkan friksi dengan kulit, atau terlalu rendah sehingga kotoran dapat masuk ke dalamnya. Viskositas yang rendah memudahkan pembersihan setelah pemakaian. Untuk mencegah terjadinya lapisan minyak di muara saluran folikel rambut atau pori-pori kulit, ditambahkan lanolin, cetyl alkohol, atau bahan pengemulsi W/O (air < minyak) lainnya yang akan meningkatkan permeabilitas air dari lapisan minyak serta memperbesar afinitas krim pada kulit.
2) Pembersih kulit tipe emulsi W/O
Air yang kandungannya sedikit, banyak menghasilkan konsistensi yang lebih lembut dan dapat meningkatkan efektivitas preparat dalam membersihkan kotoran yang larut dalam air. Secara visual produk kosmetik ini menyerupai awan dan bukan seperti kaca seperti halnya lemak atau minyak. (produk kosmetik ini sedikit berwarna putih/titan dioxide juga menyerupai awan).
Jika krim ini hanya mengandung sedikit bahan pengemulsi dan separasi terjadi ketika dikenakan pada kulit, penguapan air akan menimbulkan rasa sejuk pada kulit. Preparat bentuk emulsi biasanya mengandung lebih banyak bahan-bahan yang hidrofilik daripada yang anhidrous dan menyebabkan berkurangnya degreasing effect. Hal ini terjadi karena ketika melewati bahan-bahan yang hidrofilik, lapisan minyak di permukaan kulit setelah proses pembersihan akan lebih mirip lemak kulit dari pada petrolatum atau mineral oil. Namun demikian, jika bahan-bahan hidrofilik ini terlalu banyak, akan menempel ke kulit dan menjebak kotoran.
3) Emulsi pembersih kulit tipe emulsi-ganda (cold creams)
Di antara emulsi-emulsi untuk pembersih kulit, cold cream mempunyai kedudukan yang penting. Jika dibuat dari bahan-bahan baku berkualitas tinggi, cold cream akan merupakan daya pembersih yang baik (karena kandungan lemaknya yang tinggi) dengan konsistensi yang lembut, penyebaran yang mudah di kulit, dan warna snow white.
Cold cream tidak hanya dipakai sebagai pembersih, tetapi juga sebagai pelembab, krim pelindung, dan krim tabir surya (dengan penambahan bahan-bahan anti sinar ultra violet). Sering kali produk yang sama digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya sebagai krim pembersih yang dioleskan dalam jumlah banyak pada kulit lalu cepat-cepat dibersihkan dengan kapas atau kertas tissue, atau sebagai pelembab yang dioleskan tipis-tipis pada kulit dibiarkan lama di kulit, kadang-kadang sampai pagi berikutnya.
Cold cream yang banyak mengandung mineral oil dipakai sebagai night cream, cold cream yang banyak mengandung minyak tanaman dan vitamin hanya dipakai sebagai krim pembersih, karena itu formulasinya harus disesuaikan dengan tujuannya. Cold cream bukan emulsi O/W (minyak < air), tetapi juga bukan emulsi W/O (air < minyak), karena itu disebut emulsi ganda, atau sistem campuran.
4) Pembersih kulit tipe emulsi O/W
Emulsi cair tipe O/W sering dipasarkan dengan nama face milk atau beauty milk, dipakai baik sebagai preparat pembersih maupun dasar bedak. Untuk tujuan yang berlainan itu, formulasinya harus disesuaikan. Untuk dasar bedak, fase minyak sebaiknya terdiri dari asam stearat atau glyceryl monostearate. Kadang-kadang beauty milk digunakan sebagai pelembab, karena itu formulasinya harus berbeda. Emulsi dengan kadar air yang tinggi digunakan untuk pembersih make-up. Walaupun sedikit kurang efektif, tetapi cukup populer karena kulit tampak lebih bersih, dan kurang berminyak.
5) Kosmetik pembersih kulit dalam bentuk padat (solid cleansers)
Terdapat dua bentuk preparat yang efek pembersihnya didasarkan pada penyerapan kotoran ke dalam serpihan-serpihan padat yaitu bentuk serpihan/serbuk padat, dan bentuk krim. Serbuk padat terbentuk setelah cairan pelarut menguap di permukaan kulit. Preparat tersebut memiliki daya pembersih yang kuat, dan selama tidak mengandung alkali atau abrasiver yang kuat, atau kadar disinfektan yang tinggi,dapat menimbulkan efek lembut pada kulit sehingga cocok untuk orang yang tidak dapat mentoleransi sabun, walaupun demikian, alergi terhadap preparat tertentu tetap dapat terjadi. Kebanyakan preparat ini juga mengandung bahan koloidal (selulosa atau derivat protein). Selain kemampuan menyerap kotoran, daya pembersih preparat ini juga didasarkan pada kemampuan bahan-bahan koloidal itu mensuspensi (menyerap) partikel-partikel kotoran. Preparat pembersih kulit dalam bentuk padat masih digunakan cukup luas di Eropa. Bahan baku utamanya adalah buah almond yang dipres, dikeringkan, dan dipulverisasi, tetapi karena mahal buah almond sering diganti dengan biji peach atau apricot. Bahan lain yang sering digunakan adalah bubuk talcum, tapioka, akar orris, dan sejumlah abrasivers.
Demikian artikel tentang Kosmetika Pembersih dan 3 Jenis Bahan Dasar Kosmetika Pembersih, semoga berkah dan selalu bermanfaat. Salam cerdas…..
Demikian artikel tentang Kosmetika Pembersih dan 3 Jenis Bahan Dasar Kosmetika Pembersih, semoga berkah dan selalu bermanfaat. Salam cerdas…..
tolong buat artikel terkait cleansing balm
ReplyDelete