Salam cerdas..... Ketika
suatu zat berbahaya atau beracun telah mencemari permukaan tanah, maka pasti
dapat menguap, tersapu air hujan, dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran
yang masuk ke dalam tanah kemudian mengendap sebagai zat kimia beracun di
tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung pada kehidupan manusia,
ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa pencemaran tanah adalah suatu keadaan dimana bahan
kimia buatan manusia masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini
biasanya terjadi karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau
fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah
tercemar ke dalam lapisan subpermukaan; kecelakaan kendaraan pengangkut minyak,
zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah
industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal
dumping).
1.
Faktor Penyebab Pencemaran Tanah
Tidak
jauh berbeda dengan pencemaran air dan udara, pencemaran tanah juga banyak
sekali penyebabnya. Penyebab tersebut di antaranya limbah domestik, limbah
industri, dan limbah pertanian.
a.
Limbah Domestik
Limbah
domestik dapat berasal dari daerah seperti pemukiman penduduk (pedagang, tempat
usaha, hotel dan lain-lain); kelembagaan (kantor-kantor pemerintahan dan
swasta); serta tempat-tempat wisata. Limbah domestik tersebut dapat berupa
limbah padat dan cair. Adapun perbedaan limbah padat dan cair, yaitu sebagai
berikut :
1) Limbah padat
dapat berupa senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan atau diuraikan oleh
mikroorganisme. Seperti plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng dan bekas bahan
bangunan yang menyebabkan tanah menjadi kurang subur.
2) Limbah cair dapat
berupa tinja (feses), detergen, oli, cat. Jika meresap kedalam tanah akan
merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh mikroorganisme di dalam
tanah.
Kedua
limbah tersebut (padat dan cair) mempunyai dampak buruk bagi tanah, hingga
akhirnya dapat mengganggu kelangsungan hidup makhluk hidup tanpa kecuali
kehidupan manusia itu sendiri. Apalagi untuk limbah padat yang merupakan bahan
pencemar yang akan tetap utuh hingga 300 tahun yang akan datang. Bungkus
plastik yang dibuang ke lingkungan akan tetap ada dan mungkin akan ditemukan
oleh anak cucu kita setelah ratusan tahun kemudian.
Sampah
anorganik tidak terbiodegradasi. Hal ini yang menyebabkan lapisan tanah
tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air, sehingga peresapan
air dan mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme
di dalam tanahpun akan berkurang. Akibatnya, tanaman sulit tumbuh bahkan akan
mati karena tidak memperoleh makanan untuk tumbuh dan berkembang.
b. Limbah
Industri
Limbah
Industri berasal dari sisa-sisa produksi industri. Limbah industri juga dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu limbah padat dan limbah cair.
1) Limbah industri
berupa limbah padat yang merupakan hasil buangan industri berupa padatan,
lumpur, dan bubur yang berasal dari proses pengolahan. Misalnya sisa pengolahan
pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, serta pengawetan buah,
ikan, daging, dan lain-lain.
2) Limbah industri
berupa limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi.
Misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia
lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen, dan boron adalah zat-zat yang
dihasilkan dari proses industri pelapisan logam seperti Hg, Zn, Pb, dan Cd
dapat mencemari tanah.
Hg,
Zn, Pb, dan Cd merupakan zat yang sangat beracun terhadap mikroorganisme. Jika
meresap ke dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi mikroorganisme yang
memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah.
c.
Limbah Pertanian
Indonesia
dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermatapencarian
sebagai petani. Akan tetapi, karena ketidaktahuan, tidak sedikit petani yang
menggunakan pupuk sintetik melebihi ketentuan, atau caranya tidak tepat. Akibatnya, limbah pertanian yang berupa
sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah atau tanaman tanah tercemar.
Misalnya, pupuk urea dan pestisida untuk pemberantas hama tanaman.
Penggunaan
pupuk yang terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah.
Akibatnya, kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman
tertentu karena hara tanah semakin berkurang. Penggunaan pestisida bukan saja
mematikan hama tanaman, tetapi juga mikroorganisme yang berguna di dalam tanah.
Padahal kesuburan tanah tergantung pada jumlah organisme di dalamnya. Selain
itu, penggunaan pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman
kebal terhadap pestisida tersebut.
2.
Dampak Pencemaran Tanah
Semua
pencemaran pasti akan merugikan makhluk hidup terutama manusia. Dampak
pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk
ke dalam tubuh, dan kerentanan populasi
yang terkena. Contohnya saja kromium berbagai macam pestisida dan herbisida
merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi.
Timbal
sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta
kerusakan ginjal pada seluruh populasi. Raksa dan siklodiena dapat menyebabkan
kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena akan
mengakibatkan kerusakan pada hati ditandai seperti keracunan. Organofosfat dan
karmabat dapat menyebabkan gangguan pada saraf otot.
Berbagai
pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta
penurunan sistem saraf pusat. Ada beberapa macam dampak kesehatan yang tampak
seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata, dan ruam kulit untuk paparan
kimia yang telah disebutkan di atas. Pada dosis yang besar, pencemaran tanah
dapat menyebabkan kematian.
Selain
kesehatan manusia yang terganggu, pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak
terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari
adanya bahan kimia beracun dan berbahaya bahkan pada dosis yang rendah
sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari
mikroorganisme endemik dan Arthropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut.
Akibatnya, perubahan ini dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai
makanan, dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain
dari rantai makanan tersebut.
Bahkan
jika efek kimia pada bentuk kehidupan tersebut rendah, maka bagian bawah
piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan
terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari
efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung
menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian anakan, dan
kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak
pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat
menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak
lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan
tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang
dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan
pencemar tanah utama.
3.
Cara Penanggulangan Pencemaran Tanah
Berikut
ini ada dua cara utama yang dapat dilakukan apabila tanah sudah tercemar, yaitu
remediasi dan bioremediasi.
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan
permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ
(atau on-site) dan exsitu (atau off-site).
Pembersihan
on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan
lebih mudah. Pembersihan ini terdiri atas venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan
off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke
daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari
zat pencemar. Caranya adalah, tanah tersebut disimpan di bak atau tanki yang
kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya,
zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi
pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan
rumit.
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran
tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi
bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang
kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Salah
satu mikroorganisme yang berfungsi sebagai bioremediasi adalah jamur vesikular
arbuskular mikoriza (vam). Jamur vam dapat berperan langsung maupun
tidak langsung dalam remediasi tanah. Jamur tersebut dapat berperan langsung
karena kemampuannya menyerap unsur logam dari dalam tanah. Jamur tersebut tidak
dapat berperan langsung karena menstimulir pertumbuhan mikroorganisme
bioremediasi lain, seperti bakteri tertentu, jamur, dan sebagainya.
Sumber Buku IPA
Sumber Buku IPA
makasih ya........
ReplyDelete