Peta sejarah dan arkeologi menjadi sumber informasi
utama. Seruas jalan lengang yang terapit bentangan sawah di Tanara, Serang.
Kelengangan pagi hari itu seketika pecah ketika dua mobil berjalan beriringan
dalam kecepatan sedang.
Mobil pertama bergerak dengan bagasi terbuka dan
menyembulkan kamera Mini DV Sony DSR VD 170. Kamera itu mengarah pada mobil
kedua yang dikendarai tiga orang perempuan muda. Keduanya pun bergerak dengan
saling menjaga kecepatan.
Setelah perjalanan sekitar 500 meter, adegan selesai. Tak
ada pengambilan gambar ulang. Tiga perempuan itu pun tersenyum lebar. Itulah
sepenggal proses penggambilan gambar program perjalanan 3 wanita produksi
stasiun televisi Trans TV untuk episode Syekh Nawawi Al-Bantani.
Pagi itu, para kru yang berjumlah lebih dari 15 orang
dibagi menjadi dua tim untuk membuat episode sosok ulama besar itu yang menurut
sejarah lahir di Tanara. Mereka bersama menuju ke lokasi yang sama.
Setelah setengah jam perjalanan menuju Rangkas Bitung,
Lebak, tim kedua termasuk tiga perempuan yang juga presenter acara Rimma,
Vidia, dan Salmah menghentikan perjalanan. Tepatnya di Tanara, tempat asal
Syekh Nawawi.
Ketika itulah mereka sempat beberapa kali melakukan
pengambilan gambar di berbagai tempat bersejarah yang terkait dengan Syekh
Nawawi Al-Bantani. Adegan perjalanan di ruas jalan Tanara itu hanya sepenggal
dari serangkaian episode tersebut.
Ketika menemui tikungan, untuk menambah variasi gambar
atau stock shoot, mobil jeep yang memang dipilih sebagai mobil yang dikendarai
oleh tiga wanita terpaksa berbalik arah. Mobil sengaja kembali ke titik sebelum
tikungan untuk diambil gambarnya saat menikung.
Program perjalanan 3 wanita yang tayang tiap Selasa dan
Rabu pukul 06.30 WIB itu sendiri bertutur tentang petualangan tiga perempuan ke
berbagai tempat bersejarah yang terkait dengan dunia keislaman. Untuk tiap
episodenya, tim produksi perjalanan 3 wanita memang menjadwalkan satu hari
penuh. Proses shooting dimulai pagi hari dan selesai tepat saat azan Magrib
berkumandang.
Yang menarik, mereka berusaha menampilkan kesan tertentu
dalam setiap perjalanan. Seperti pada episode Syekh Yusuf Al-Makassari, sudut
pengambilan gambar terfokus pada latar belakang hamparan laut.
Dengan menyewa sebuah kapal nelayan ukuran sedang, ketiga
presenter dan sekitar delapan kru pendukung ikut naik ke kapal. Hampir setengah
jam berlayar menggunakan perahu bermotor, dengan berlatar pohon-pohon bakau
yang tumbuh di tepi laut, ketiga perempuan itu melanjutkan dialog mereka.
Semula, mereka berencana berdialog di hutan bakau.
“Namun, karena kondisi tanah yang basah usai terguyur hujan dan rawan longsor,
diputuskan pengambilan gambar dilakukan di atas kapal,” kata Agus Efriyanto,
produser perjalanan 3 wanita.
Untuk mengilustrasikan situasi dan kondisi kehidupan
seorang tokoh yang temanya diangkat, tim produksi perjalanan 3 wanita pun
menghadiri segmen yang disebut ‘pengadegan’. Dalam segmen itu, tampil beberapa
karakter yang dibuat mirip dengan kondisi saat si tokoh hidup dalam bentuk
ilustrasi gambar.
Karena dananya yang cukup terbatas untuk tiap episode
tayangan, figuran-figuran yang memerankan tokoh saat segmen pengadegan berasal
dari kru produksi sendiri. Mereka melakukan adegan dengan menggunakan kostum
yang memang sudah disiapkan dari Jakarta.
Sementara, kostum yang dikenakan oleh ketiga perempuan
presenter itu pada tiap episode disponsori oleh salah satu produsen pakaian dan
perlengkapan bagi para petualang. Maklum, selain harus berada di laut maupun di
tengah sawah, mereka terkadang melakukan pendakian di bukit-bukit sehingga
pakaian pendukung pun harus sesuai dengan aktivitas mereka.
Dalam memproduksi tayangan ini, Trans TV juga menggandeng
Kilik Entertaintment sebagai tim penyusun skenario tayangan. Ini termasuk
pemilihan lokasi se..ing yang menggambarkan perjalanan. Ali Taba, salah satu
tim produksi dari Kilik Entertainment mengatakan, mereka harus melakukan survei
lokasi seminggu sebelumnya ke tempat lokasi shooting.
Untuk mempelajari sejarah perjalanan, mereka juga mencari
sumber peta sejarah maupun peta arkeologi. “Karena banyak tempat yang sudah berubah
saat ini,” kata dia. Pihak Trans TV sebagai tim produksi bertugas melakukan
pengambilan gambar dan juga mengatur akting para presenter.
Saat ini, program perjalanan 3 wanita masih berada di
beberapa episode awal. Untuk perjalanan di Banten, mereka berhasil
menyelesaikan empat episode baru. Meski begitu, rating acara terbilang baik
yang mencapai angka 11,9.
Pencapaian yang lebih baik ketimbang episode perdana yang
tercatat berkisar di angka 8,9. Bila rating terus meningkat, agaknya perjalanan
ini tidak hanya merambah di sejumlah kawasan Tanah Air. Jejak sejarah keislaman
di luar negeri pun bakal dijalani. “Kalau ratingnya bagus, kami berencana ke
Arab Saudi,” ujar Agus Efriyanto, sang produser yang biasa disapa Anto itu.
(Sumber: Republika, 13 September 2016)
Belum ada tanggapan untuk "Perjalanan 3 Wanita, (Dialog Berlatar Hutan Bakau) "
Post a Comment