Mengapresiasi Prosa Fiksi dan Jenis-Jenis Majas

Dalam Pelajaran 1C, Anda telah belajar menyimak prosa fiksi. Apabila Anda memahami pelajaran tersebut dengan baik, Anda akan mampu mengapresiasi prosa fiksi dengan baik pula.

Untuk mampu mengapresiasi prosa fiksi, sebaiknya, Anda mempelajari materi berikut dengan baik. Selain itu, manfaatkan pengetahuan Anda tentang struktur dalam cerpen/novel yang terdapat dalam Pelajaran 1 agar mempermudah Anda memahami materi berikut.

Selanjutnya, dalam penulisan karya sastra, baik puisi maupun prosa, pengarang selalu memanfaatkan makna idiomatik (pepatah, peribahasa, dan majas) dalam karyanya. Kali ini, Anda akan mempelajari jenis majas yang lain. Seperti yang telah Anda ketahui, majas dapat dikelompokkan menjadi majas perbandingan, pertentangan, pertautan, dan perulangan.

1. Majas Perbandingan

Majas perbandingan meliputi personifikasi, metafora, perumpamaan, dan alegori.

a.  Parabel adalah majas yang berupa cerita. Isinya berupa pedoman hidup, ajaran agama, atau petuah-petuah.
Contoh: Bhagawat Gita, Bayan Budiman, Hikayat Kahah dan Dimnah, Hikayat Mahabarata.
b.  Simbolik adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda-benda lain sebagai simbol atau lambang.
Contoh:
·       Bunglon, lambang orang yang tak berpendirian.
·       Melati lambang kesucian.
·       Lintah darat, lambang pemeras dan pemakan riba.
a. Tropen adalah majas yang mempergunakan kata-kata yang sejajar artinya. Kata-kata tersebut merupakan analogi dari kata lainnya yang bermakna mirip atau hampir semakna.
Contoh:
·       Besok, Bapak Presiden akan terbang ke Surabaya.
·       Sepanjang hari, dia berkubur saja di dalam kamarnya.
·       Dia duduk melamun, hanyut dibawa perasaannya.
·       Sudah sebulan, dia mengukur jalan saja di kota itu.
b.   Antonomasia adalah majas yang menggunakan kata-kata tertentu sebagai nama panggilan seseorang. Kata-kata itu, biasanya, menggambarkan keadaan fisik atau ciri-ciri menonjol dari orang itu.
Contoh:
·       Si gemuk (karena orang itu bertubuh gemuk)
·       Si raksasa (karena orang itu bertubuh tinggi besar)
c.  Parafrasis adalah majas yang menjelaskan suara kata atau ungkapan dengan serangkaian kata lainnya yang mengandung arti yang sama dengan kata yang digantikan itu.
Contoh:
·    Pagi-pagi berangkatlah kami. menjadi Ketika sang surya keluar dari peraduannya, berangkatlah kami.
·       Kereta api itu berlari terus. menjadi Kuda besi yang panjang itu berlari terus.

2. Majas Sindiran

a. Ironi adalah majas yang menyatakan makna bertentangan dengan maksud menyindir atau memperolok-olok.
Contoh:
·       Bagus sekali rapormu, Andi, banyak benar angka merahnya.
·       Rajin sekali Anda, lima hari Anda tidak masuk sekolah.
b.   Sinisme adalah majas yang menyatakan sindiran secara langsung.
Contoh:
·     Perkataanmu tadi sangat menyebalkan. Kata-kata itu tidak pantas disampaikan orang terpelajar seperti Anda!
·       Bisa-bisa aku jadi gila melihat kelakuanmu itu!
c.   Sarkasme adalah majas sindiran yang terkasar. Majas ini, biasanya, digunakan oleh seseorang yang sangat marah.
Contoh:
·       ''Mampus pun engkau tak ada peduliku. Engkau tak pernah mau mendengarkan nasihatku.''
·       ''Oh, mukamu yang seperti monyet itu, jijik aku melihatnya."

3. Majas Penegasan

·   Pleonasme adalah majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan maksud menegaskan arti suatu kata.
Contoh:
·       Mereka turun ke bawah untuk melihat keadaan barang-barang mereka yang jatuh.
·       Dukun itu menengadah ke atas sambil menengadahkan tangannya.
·       Aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri.

·      Paralelisme adalah majas perulangan seperti halnya repetisi, hanya disusun dalam baris yang berbeda. Majas ini, biasanya, terdapat dalam puisi.
Contoh:
·       sunyi itu duka
·       sunyi itu kudus.
·       sunyi itu lupa
·       sunyi itu lampus

·       Antanaklasis adalah majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.
Contoh:
·       Karena buah penanya yang kontroversial, dia menjadi buah bibir masyarakat.
·       Rita harus saling menggantungkan diri satu sama lain. Kalau tidak, kita telah menggantung diri.

·       Kiasmus adalah majas yang berisi perulangan dan sekaligus mengandung inversi.
Contoh:
·       Orang yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin merasa dirinya kaya.
·     Dalam kehidupan ini, banyak orang pintar yang mengaku bodoh, dan orang bodoh banyak yang merasa dirinya pintar.

·    Tautologi adalah majas penegasan dengan mengulang beberapa kali suatu kata dalam kalimat atau menggunakan beberapa kata yang bersinonim berturut-turut dalam sebuah kalimat. Ini disebut juga majas sinonimi karena mempergunakan kata-kata yang bersinonim.
Contoh:
·       Disuruhnya aku bersabar, bersabar, dan sekali lagi bersabar, tetapi aku tak tahan lagi,
·       Tidak, tidak mungkin dia akan melakukan perbuatan yang dapat menjatuhkan nama baik keluarga.
·       Kehendak dan keinginan kami ialah dia menjadi seorang yang berguna juga kelak.
·       Semua orang takkan tertarik kepada orang yang ramah, baik hati, serta berbudi seperti dia.

·  Klimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut yang makin lama makin menghebat.
Contoh:
·      Semua jenis kendaraan, mulai dari sepeda, motor, sampai mobil berjejer memenuhi halaman rumah Pak Kades.
·       Ketua RT, RW, kepala desa, camat, bupati, gubernur, maupun presiden memiliki kedudukan yang sama di hadapan Tuhan.

·   Antiklimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut yang makin lama makin menurun (melemah).
Contoh:
·       Bapak kepala sekolah, para guru, dan murid-murid sudah hadir di lapangan upacara.
·     Gedung-gedung, rumah-rumah, dan gubuk-gubuk, semuanya mengibarkan Sang Merah Putih di hari ulang tahun kemerdekaan.

·       Elipsis adalah majas yang di dalamnya terdapat penghilangan kata atau bagian kalimat.
Contoh:
·       Dia dan ibunya ke Tasikmalaya. (penghilangan predikat pergi)
·       Lari! (penghilangan subjek Anda)

·       Inversi adalah majas yang dinyatakan oleh pengubahan susunan kalimat.
Contoh:
·       Paman saya wartawan/Wartawan paman saya.
·       Dia datang/Datang dia.

·   Retoris adalah majas yang berupa kalimat tanya yang jawabannya sudah diketahui penanya. Tujuannya untuk memberikan penegasan pada masalah yang diuraikan, meyakinkan, atau menyindir.
Contoh:
·       Siapa yang tidak ingin hidup bahagia?
·       Apa ini hasil dari pekerjaanmu selama bertahun-tahun?

·    Koreksio adalah majas yang dipakai untuk melakukan ralat terhadap kesalahan ucapan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Contoh:
·       Dia adikku, eh, bukan, kakakku.
·       Ibu ada di dapur, eh, bukan, di kamar mandi.
·    Silakan pulang Saudara-Saudara, eh, maaf, silakan makan (senda gurau terhadap teman yang akrab).

·       Asidenton adalah majas yang menyatakan beberapa, keadaan, atau benda secara berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung.
Contoh:
·       Meja, kursi, lemari lintang pukang saja di kamar itu.
·       Kain-kain, barang pecah belah, mainan anak-anak semua ada di toko itu.

·       Polisedenton adalah majas yang menggunakan kata penghubung dalam sebuah kalimat.
Contoh:
·     Setelah pekerjaannya selesai, dia berkemas-kemas untuk pulang karena hari sudah mulai gelap, lagi pula hari mendung pertanda akan hujan.

·   Interupsi adalah majas penegasan yang menggunakan sisipan (kata atau frase) di tengah-tengah kalimat pokok dengan maksud menjelaskan sesuatu dalam kalimat. Biasanya, bagian yang merupakan interupsi dituliskan di antara tanda kurung atau garis tanda pisah.
Contoh;
·       Tiba-tiba ia–lelaki tinggi–menabrak mobil yang sedang parkir.
·       la merasa enggan–sesungguhnya takut–karena ia telah mendengar kabar bahwa Sultan Tua sudah menyuruh Muhammad Syah ''meminang putri" yang kaya itu.
·       Aku–kalau bukan karena terpaksa–takkan mau melakukan pekerjaan ini.

·       Eksklamaso adalah majas yang menggunakan kata-kata seru sebagai penegas.
Contoh:
·       Wah, hebat sekali permainan dia!
·       Eh, maaf saya tak sengaja!

·       Enumerasio adalah majas yang melukiskan satu per satu peristiwa untuk memperjelas suatu keadaan secara keseluruhan.
Contoh:
·      Laut tenang. Di atas permadani biru itu tampak satu per satu perahu nelayan meluncur perlahan-lahan.
·   Angin berembus sepoi-sepoi. Bulan bersinar dengan terangnya. Di sana-sini bintang-bintang bergemerlapan. Semuanya berpadu membentuk lukisan yang harmonis. Itulah keindahan sejati.

·    Praterito adalah majas yang digunakan pengarang untuk menyembunyikan atau merahasiakan sesuatu. Pembaca dibiarkan mengungkapkan sendiri apa yang sengaja dihilangkan atau tidak disebutkan.
Contoh:
·    Tentang ramainya pasar malam itu, tak usahlah kuceritakan dulu. Biarlah engkau sendiri yang menyaksikannya.
·     Saya takkan berpanjangkalam lagi tentang peristiwa itu. Nasi sudah menjadi bubur, apa hendak dikata.
·       Apa gunanya kukatakan lagi? Bukankah itu sudah menjadi rahasia umum?

4. Majas Pertentangan

a.   Paradoks adalah suatu majas yang mengandung pertentangan nyata dengan fakta-fakta yang ada.
Contoh:
·       Ia merasa kesepian di tengah-tengah keramaian Kota Jakarta.
·       Gajinya besar, tetapi hidupnya melarat.
·       Dengan kelemahannya, kaum wanita mampu menundukkan kaum pria.

b.   Antitesis adalah majas yang mempergunakan paduan kata yang berlawanan arti.
Contoh:
·       Tua muda, besar kecil, pria wanita hadir dalam pesta itu.
·       Hidup matinya, susah senangnya serahkanlah kepadaku.

c.  Anakroisme adalah majas yang menceritakan peristiwa yang tidak sesuai dengan sejarah. Sesuatu yang disebutkan dalam cerita itu belum ada pada masa itu. Dalam hal ini, pengarang tidak teliti karena menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya.
Contoh:
·   Dalam karangannya Julius Caesar, Shakespeare menuliskan ''jam berbunyi tiga kali". Hal ini bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya sebab ketika itu belum ada jam.

d.   Oksimoron adalah majas yang antarbagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan.
Contoh:
·   Nuklir dapat menjadi pembunuh masal, tetapi juga dapat menyejahterakan kehidupan umat manusia.
·       Keramah-tamahan yang bengis.


Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Mengapresiasi Prosa Fiksi dan Jenis-Jenis Majas"

Post a Comment