Dalam Pelajaran 1A, Anda telah belajar menyimak puisi.
Sekarang, Anda akan melanjutkan kembali pelajaran tersebut. Dengan demikian,
pemahaman Anda tentang menyimak puisi akan semakin lengkap.
Dalam pelajaran ini, Anda akan belajar menyimak puisi
berdasarkan bahasa yang digunakannya. Dalam puisi, biasanya, akan ditemukan
ungkapan, peribahasa, dan majas. Apabila Anda memahami hal tersebut, Anda akan
semakin mudah memahami pesan yang tersirat dalam puisi. Oleh karena itu, Anda
akan diperkenalkan dengan ungkapan, peribahasa, dan majas.
1. Ungkapan
Ungkapan adalah kata atau kelompok kata yang mempunyai
makna khusus dan makna tersebut sudah disepakati oleh masyarakat pengguna
bahasa tersebut.
Contoh:
· Ungkapan
Makna
· bertekuk
lutut
· buah
tangan
· buah
bibir
· buah
hati
· buah
karya
· tangan
kanan
· tangan
hampa
· kaki
tangan
· kepala
dingin
· kepala
keluarga
· cuci
mata
· cuci
tangan
· kepala
batu
· menyerah
· oleh-oleh,
hasil pekerjaan
· menjadi
bahan pembicaraan orang
· anak/keturunan
· hasil
karya
· pembantu
utama
· tidak
mendapatkan apa-apa
· orang
yang diperalat orang lain untuk membantu
· tenang
dan sabar
· orang
yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga
· bersenang-senang
dengan melihat sesuatu yang indah
· tidak
turut campur dalam suatu masalah meskipun
· mengetahui
permasalahannya
· tidak
mau mendengarkan pendapat orang
2. Peribahasa
Peribahasa adalah kalimat atau kelompok kata yang tetap
susunannya dan, biasanya, mengiaskan maksud tertentu. Peribahasa dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok berikut:
a.
Pepatah adalah
peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran.
Contoh:
•
Hidup berakal mati
beriman (Hendaknya kita berpanjang akal dalam mengerjakan sesuatu)
• Hancur badan di
kandung tanah, budi baik dikenang juga (Kebaikan seseorang akan selalu dikenang
selama-lamanya)
b.
Perumpamaan adalah
peribahasa dalam bentuk perbandingan, biasanya, dalam peribahasa tersebut
digunakan kata seperti, ibarat, bagai, bak, laksana, dan umpama.
Contoh:
• Bagai itik pulang
petang (Pekerjaan yang dikerjakan dengan santai)
• Ibarat seekor balam,
mata terlepas badan terkurung (Seseorang yang dipingit; hidupnya selalu
diawasi)
c.
Pameo adalah
peribahasa yang dijadikan semboyan.
Contoh:
· Esa
hilang, dua terbilang.
· Sekali
di udara, tetap di udara.
Peribahasa merupakan ungkapan atau kalimat ringkas padat
yang, di antaranya, berisi nasihat, prinsip hidup, atau aturan tingkah laku.
Sumber: KBBI, 2005: 858
3. Majas
Majas (figurative of speech atau figurative language)
adalah bahasa kias yang dipergunakan untuk memperoleh efek tertentu dari suatu
benda atau hal dengan cara membandingkannya dengan benda atau hal lain yang
lebih umum. Dengan kata lain, penggunaan majas tertentu dapat mengubah serta
menimbulkan nilai rasa atau konotasi tertentu (bdk Tarigan, 1995: 112).
Menurut Perrine (dalam Waluyo, 1995: 83), penggunaan
majas dipandang lebih efektif untuk menyatakan maksud penyair karena
a.
majas mampu memberi
kesenangan imajinatif;
b. majas adalah cara
untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak menjadi
konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca;
c. majas adalah cara
menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap
penyair;
d. majas
adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara
menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang singkat.
Secara garis besar, majas dapat dikelompokkan ke dalam
empat kelompok besar, seperti yang tampak berikut:
a. Majas Perbandingan
1) Perumpamaan (simile)
Perumpamaan (simile) adalah perbandingan dua hal yang
pada hakikatnya berlainan dan dengan sengaja kita anggap sama. Perbandingan itu
secara eksplisit dijelaskan dengan pemakaian kata bagai, sebagai, ibarat,
seperti, bak, laksana, semisal, seumpama, umpama, dan serupa.
Majas perumpamaan ini dapat dikatakan majas yang paling
sederhana dan paling banyak digunakan.
Contoh:
· Wajahnya
putih laksana bulan purnama.
· Cobaan
ini seperti badai yang tiada henti.
2) Metafora
Metafora adalah perbandingan yang dilakukan secara
implisit antara dua hal yang berbeda. Metafora hampir sama dengan perumpamaan,
hanya saja dalam metafora perbandingan dilakukan secara langsung tanpa
menggunakan kata bagai, sebagai, ibarat, seperti, bak, laksana, semisal,
seumpama, umpama, dan serupa.
3) Alegori
Alegori adalah cerita yang mengiaskan hal lain atau
kejadian lain. Alegori dapat dikatakan sebagai metafora yang dilanjutkan. Jadi,
memahami majas alegori harus dari keseluruhan teks. Cerita fabel (dongeng
binatang) merupakan salah satu contoh alegori.
Selain itu, kita juga dapat
menemukan contoh alegori dalam teks puisi, seperti contoh puisi berikut:
Jalan Kartini
…
barangkali dalam lelap larut malam
bulan masuk kamar lewat jendela kaca
menyelip di sela waktu tidurku
sedang subuh masih lama tiba
b. Majas Pertentangan
1) Hiperbola
Hiperbola adalah majas yang melebih-lebihkan apa yang
sebenarnya dimaksudkan, baik jumlah, ukuran, maupun sifat-sifatnya. Tujuan
menggunakan majas hiperbola adalah untuk mendapatkan perhatian yang lebih saksama
dari pembaca.
Contoh:
· Sampah-sampah
di Kota Bandung bertumpuk setinggi gunung.
· Karena
kekurangan gizi, badan anak itu kerempeng tinggal kulit membalut tulang.
· Buku
Harry Potter telah mengguncang dunia.
Contoh:
· Aku
adalah binatang jalang dari kumpulannya terbuang.
· Dia
sampah masyarakat di daerah ini.
· Buku
adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya.
3) Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang melekatkan sifat-sifat
insani (manusiawi) pada benda-benda yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak.
Penggunaan majas personifikasi dapat memberi kejelasan dan bayangan angan
(citraan) yang konkret.
Contoh personifikasi dapat dilihat dalam baris sajak
berikut:
Dalam puisi ini, terdapat majas personifikasi pada kata
lemah lembut kerbau.
Pulau Samosir
Angin bahorok
Bertiup di lereng bukit
Membawa kekeringan
Membawa kematangan
Daerah danau Toba
Lagu hidup dan kerja
Bangsa pembajak
Lemah lembut kerbau
Yang memberi aku lagu
"Pulau di tengah danau"
Tandus dan setia ....
Sitor Situmorang
2) Litotes
Litotes sering dikatakan sebagai kebalikan dari
hiperbola. Litotes adalah majas yang di dalam pengungkapannya menyatakan
sesuatu yang positif dengan bentuk yang negatif atau bentuk yang bertentangan.
Litotes mengurangi atau melemahkan kekuatan pernyataan yang sebenarnya.
Contoh:
· Mampirlah
ke gubuk kami yang kurang nyaman ini. (Padahal, kenyataannya, rumahnya bagus
dan nyaman.)
· Ini
hanyalah tulisan biasa yang kurang berbobot. (Padahal, isi tulisan tersebut
sangat bagus.)
3) Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang
bertentangan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan sindiran. Ironi dapat
berubah menjadi sinisme dan sarkasme dengan munculnya kata-kata yang lebih
kasar.
Contoh:
· Aduh,
bersih sekali kamar ini, sampah makanan bertebaran di mana-mana.
· Rajin
sekali Anda datang ke sekolah, bel masuk sudah berbunyi dua jam yang lalu.
c. Majas Pertautan
1) Metonimia
Metonimia adalah majas yang mempergunakan nama suatu
barang untuk sesuatu yang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut.
Dapat dikatakan pula bahwa metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau
nama hal yang ditautkan dengan orang, barang, atau suatu hal sebagai
penggantinya.
Contoh:
· Siswa
kelas X sedang menonton pementasan Shakespeare di gedung teater. (Shakespeare
digunakan untuk mengganti salah satu karya drama Shakespeare yang dipentaskan.)
· Saya
lebih suka Dewa karena lirik lagunya penuh makna. (Hal yang dimaksud dengan
Dewa dalam kalimat tersebut adalah lagu-lagu yang dinyanyikan oleh kelompok
band Dewa.)
· Peristiwa terbakarnya
Garuda menambah panjang catatan peristiwa kecelakaan pesawat udara di tanah
air. (Hal yang dimaksud garuda dalam kalimat tersebut bukan burung, melainkan
nama pesawat terbang.)
2) Sinekdoke
Sinekdoke adalah majas yang menyebutkan nama bagian
sebagai pengganti nama keseluruhan atau sebaliknya. Sinekdoke digunakan untuk
mengungkapkan kejadian langsung dari sumbernya sehingga menimbulkan gambaran
yang lebih konkret.
Ada dua macam sinekdoke, yakni pars pro toto dan totem
pro parte.
a) Pars pro toto adalah
sinekdoke yang menyatakan bagian untuk keseluruhan. Maksudnya, untuk
menonjolkan suatu hal dengan menyebutkan salah satu bagian yang terpenting dari
keseluruhan hal, keadaan, atau benda dalam hubungan tertentu. Misalnya, hanya
menyebutkan suara, mata, hidung, atau bagian tubuh yang lain untuk
menggambarkan orang.
Contoh:
· Sudah
lama dia tidak kelihatan batang hidungnya.
· Setiap
tahun, semakin banyak mulut yang harus diberi makan.
b) Totem pro parte
adalah sinekdoke yang menyebutkan keseluruhan atau melihat sesuatu secara
generalisasi untuk menonjolkan sebagian.
Contoh:
· SMA
Nusantara menjadi juara umum dalam lomba catur nasional.
· Bandung
meraih prestasi gemilang di bidang kesenian.
3) Eufimisme
Eufimisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai
pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, yang dianggap merugikan, atau yang
tidak menyenangkan. Eufimisme berkaitan dengan bentuk konotasi positif dari
sebuah kata.
Contoh:
tunakarya bentuk halus dari pengangguran
tunasusila bentuk halus dari pelacur
prasejahtera bentuk halus dari sengsara
tunarungu bentuk halus dari cacat tuli
4) Alu sio
Alusi atau alusio adalah majas yang menunjuk secara tidak
langsung pada suatu peristiwa atau tokoh berdasarkan praanggapan adanya
pengetahuan bersama yang dimiliki oleh pengarang dan pembaca serta adanya
kemampuan pembaca untuk menangkap pengacuan tersebut.
Contoh:
· Tugu
ini mengingatkan kita pada peristiwa Bandung Lautan Api.
· Saat mendengar Moh.
Toha, saya teringat kembali peristiwa peledakan gudang senjata di Bandung
Selatan.
d. Majas Perulangan
1) Aliterasi
Aliterasi adalah majas yang menggunakan kata-kata dengan
bunyi awal yang sama (purwakanti).
Contoh:
Jadi
tidak setiap derita
jadi luka
tidak setiap sepi
jadi duri
tidak setiap tanda
jadi makna
tidak setiap jawab
jadi sebab
tidak setiap seru
jadi mau
tidak setiap tangan
jadi pegang
tidak setiap kabar
jadi tahu
tidak setiap luka
jadi kaca
memandang Kau
pada wajahku!
2) Repetisi
Repetisi adalah majas yang mengandung pengulangan
berkali-kali atas kata atau kelompok kata yang sama. Bentuk repetisi dapat
terlihat secara jelas dalam mantra dan puisi-puisi karya
Sutardji Calzoum Bachri. Kini, perhatikanlah puisi berikut:
Dalam puisi ini, terdapat pengulangan kata.
Kakiku luka
Luka Kakiku
Kakikau lukakah
Lukakah kakikau
Kakiku luka
Lukakaukah kakiku
Kalau lukaku lukakau
Kakiku kakikaukah
Kakikaukah kakiku
Kakiku luka kaku
Kalau lukaku lukakau
Lukakakukakiku
Lukakakukakikaukah
Lukakakukakikaukah
Lukakakukakiku
Sutardji Calzoum Bachri Dalam puisi Sutardji tersebut
terdapat majas repetisi.
Belum ada tanggapan untuk "Menemukan Ungkapan, Peribahasa, dan Majas dalam Puisi"
Post a Comment