Assalamu’alaikum
sahabatku…
Pada
saat Nabi Muhammad SAW berdakwah, beliau selalu mendapat perlakuan tidak baik
dari Abu Lahab dan kawan-kawan. Ejekan, hinaan, dan penganiayaan diterima Nabi
SAW dan pengikutnya. Namun, sedikit pun tidak melemahkan iman mereka. Tidak
pula menyurutkan tekad dan semangat Nabi SAW dalam menjalankan dakwahnya.
Abu
lahab bersama kawan-kawannya, Abu Jahal, dan Abu sufyan semakin geram melihat
pengikut Nabi SAW bertambah banyak. Memang, mereka selalu hadir jika Nabi SAW
sedang berdakwah, tetapi dikepala mereka tersimpan beribu rencana jahat untuk
mengacaukannya.
"Wahai
Muhammad!" teriak Abu Lahab ketika Nabi SAW sedang berdakwah. "Kamu
mengaku sebagai Nabi, tetapi kami tak pernah melihat buktinya! Bagaimana kami
percaya...? "ejek Abu Lahab.
"Sekarang,
perlihatkan mukjizatmu!" seru Abu Jahal pula.
"Ya!
Sebagaimana mukjizat nabi Isa. Coba hidupkan orang yang sudah mati!" kata
Abu Sufyan.
"Bisakah
kamu mengubah bukit safa dan marwah menjadi bukit emas?!" kata yang
lainnya mengolok-olok Nabi.
Muhammad
SAW tidak menanggapi ulah orang-orang jahil itu. Begitu pula pengikutnya, tidak
terpengaruh sedikitpun. Allah yang Maha Kuasa menurunkan Wahyu-Nya kepada Nabi
SAW, untuk menyanggah perkataan orang-orang kafir itu.
Lalu
Nabi SAW, menyampaikan wahyu yang diterimanya kepada kaum yang sesat itu.
"Hai,
kaum Quraisy! Sesungguhnya Allah telah berfirman, Katakanlah bahwa aku tidak
kuasa memberi kemanfaatan dan kemudaratan bagi diriku, melainkan apa yang
dikehendaki Allah.
Jika
aku tahu barang yang ghaib, tentu aku perbanyak berbuat amal kebajikan, dan
tentu aku tidak akan mendapat kesusahan. Tidaklah aku, melainkan Basyir dan
Nazir, menyampaikan janji bahagia dan berita pernyataan sengsara."
"Sudahlah,
Muhammad! Jika kamu mau menghentikan pekerjaanmu, kami akan mengangkatmu
menjadi raja. Atau kami memberimu harta, kekayaan, dan kemewahan...'" kata
Abu Jahal.
Abu
jahal dan kawan-kawannya tetap mendustakan Nabi. Mereka hanya ingin
mempengaruhi pengikutnya agar kembali menyembah berhala.
"Kenapa
kalian menuntutku untuk memperlihatkan mukjizat? Sedangkan wahyu yang
kusampaikan ini lebih dari segala macam mukjizat. Cahaya yang tidak akan pernah
padam," Kata Nabi SAW.
Pengikut
Nabi SAW semakin teguh imannya mendengar wahyu yang disampaikan beliau. Keadaan
itu membuat kaum kafir kian marah dan menentang usaha-usaha Muhammad. Mereka
amat membencinya. Mereka beranggapan ia sudah menghina tuhan-tuhan mereka.
Maka
suatu hari, orang-orang kafir itu datang kepada Abu Thalib, paman Nabi SAW
sendiri. Mereka mengadukan semua perbuatan Nabi Muhammad SAW.
Abu
Thalib, seorang pelindung dan pembela Nabi SAW, meskipun waktu itu tidak masuk
Islam. Dengan penuh bijaksana ia menengahinya, akan tetapi kali ini orang kafir
tidak merasa puas dengan Abu Thalib.
"Hai
Abu Thalib, selama ini kamu selalu membela Muhammad dan melindunginya dari
kami. Coba suruh Muhammad menghentikan perbuatannya itu! Kalau tidak' maka kami
akan bertindak sendiri!" Abu Sufyan mengancam dengan keras.
"Kami
akan bunuh Muhammad! Jika ia masih terus menghina berhala kami," sahutnya
lagi tidak main-main.
Abu
Thalib tertegun, ia amat bingung harus berbuat apa. Muhammad adalah
keponakannya yang sangat ia cintai dan sayangi. Sedangkan ia sendiri masih
menyembah berhala seperti kaum kafir. Ia tak ada niat untuk meninggalkan
agamanya. Tetapi, kalau sampai menyerahkan Nabi SAW ke tangan orang-orang itu, Abu Thalib tidak
bisa.
Ah!.....hati
orang tua itu terasa gundah, karena rasa sayang yang begitu besar pada Nabi
Muhammad SAW, Abu Thalib segera memanggil Nabi SAW. Diceritakannya semua
ancaman orang kafir itu dengan hati yang cemas.
"Anakku,
dengarkanlah," kata Abu Thalib. Nabi Muhammad SAW menatap pamannya dengan
perasaan berdebar-debar. Nabi menunggu apa yang akan dikatakan Abu Thalib.
"Aku
harap kamu bisa menjaga dirimu dan diriku. Jangan membebani aku dengan sesuatu
yang tak sanggup aku pikul," kata Abu Thalib.
Sungguh
, Nabi SAW sedih mendengarnya. Satu-satunya orang yang selalu membelanya, kini
seakan tidak mau lagi membela. Tetapi, Nabi SAW tidak mau kaumnya terus menerus
berada dalam kegelapan dan kesesatan. Beliau sudah diberi petunjuk dengan
cahaya kebenaran.
Dengan
semangat yang menyala, Nabi memandang pamannya. "Wahai, Pamanku!"
kata Nabi SAW. "Meskipun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan
bulan ditangan kiriku, agar aku meninggalkan seruanku. Sungguh, sampai mati pun
tidak akan kutinggalkan!"
Tanpa
menoleh lagi, Rasulullah meninggalkan Abu Thalib. Alangkah bergetar seluruh
tubuh Abu Thalib mendengar ucapan itu. Ia tertegun beberapa saat. Lalu segera
memanggil Nabi lagi.
"Anakku!
Pergilah dengan tenang. Katakanlah apa yang ingin kamu katakan pada kaummu.
Sungguh, aku tidak akan menyerahkan dirimu pada orang-orang kafir," kata
Abu Thalib penuh haru.
Abu
Thalib pun memerintahkan keluarganya, bani Muthalib dan Bani Hasyim untuk
melindungi Nabi SAW dari penganiayaan kaum Quraisy.
Nabi
Muhammad SAW meneruskan perjuangannya, walaupun orang-orang kafir
menghalanginya dengan tindakan-tindakan yang kejam.
Begitu
besar makna dan pengaruh ucapan Nabi di depan pamannya, seakan menggema di
dalam dada kaum muslimin. Mereka rela berkorban jiwa sekalipun, asalkan tetap
menyiarkan agama Allah.
Kesungguhan
Nabi SAW menjalankan dakwah telah membuat musuhnya kalang kabut. Tetapi,
menjadi batu magnet yang menarik setiap pengikutnya untuk tetap setia pada
ajaran-Nya.
Belum ada tanggapan untuk "Cahaya yang Tidak Akan Pernah Padam"
Post a Comment