Jujur memiliki arti
kesesuaian antara apa yang diucapkan atau diperbuat dengan kenyataan yang ada.
Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, dikatakan benar/jujur,
tetapi kalau tidak, dikatakan dusta. Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk
berlaku benar baik dalam perbuatan maupun ucapan, sebagaimana firman-Nya:
Artinya: “Wahai
orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan
orang-orang yang benar.” (Q.S. at-Taubah/9: 119)
Kejujuran itu ada pada ucapan,
juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu
sesuai dengan yang ada pada batinnya. Ketika berani mengatakan “tidak” untuk korupsi,
berusaha menjauhi perilaku korupsi. Jangan sampai mengatakan tidak,
kenyataannya ia melakukan korupsi. Demikian juga seorang munafik tidaklah dikatakan
sebagai seorang yang jujur karena dia menampakkan dirinya sebagai seorang yang
bertauhid, padahal hatinya tidak.
Yang jelas, kejujuran
merupakan sifat seorang yang beriman, sedangkan lawannya, dusta, merupakan
sifat orang yang munafik. Ciri-ciri orang munafik adalah dusta, ingkar janji,
dan khianat, sebagaimana sabda Rasulullah saw.
Artinya: “Dari Abu
Hurairah ra. dari Nabi Muhammad saw. bersabda “Tanda orang munafik itu ada 3,
yaitu: Apabila berbicara dusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila
dipercaya khianat.” (HR. Bukhari Muslim)
Ibnul Qayyim berkata,
dasar iman adalah kejujuran (kebenaran), sedangkan dasar nifaq adalah
kebohongan atau kedustaan. Tidak akan pernah bertemu antara kedustaan dan
keimanan melainkan akan saling bertentangan satu sama lain. Allah Swt.
menegaskan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba dan yang mampu
menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya).
Belum ada tanggapan untuk "Pengertian dan Pentingnya Perilaku Jujur"
Post a Comment