Salam cerdas…..
A.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu proses pendewasaan peserta didik dalam
ruang lingkup pendidikan formal dan pendidikan non formal. Proses pendidikan
memerlukan pola pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan yang akan datang,
disamping pemetaan kurikulum yang mencerminkan tujuan pendidikan secara umum
dan tujuan pendidikan secara khusus. Dalam proses melaksanakan pendidikan
diperlukan berbagai hal untuk menjamin kelancaran proses pendidikan yang akan
dilangsungkan, baik itu dari segi pembelajaran, kurikulum yang akan digunakan,
media yang menjadi sarana pendukung proses pembelajaran, dan administrasi
pendidikan yang memadai serta sesuai dengan standar yang diinginkan, sehingga
dalam melaksanakan proses pembelajaran akan mencerminkan tujuan pendidikan yang
akan dicapai secara umum sesuai dengan amanah Undang-undang Pendidikan
Nasional.
Masalah pembelajaran merupakan masalah yang cukup kompleks dan
banyak faktor yang mempengaruhinya. Ada tiga prinsip yang layak diperhatikan
dalam permasalahan ini, seperti yang di ungkapkan oleh Yudhi Munadi,yaitu:
1.
Proses pembelajaran
menghasilkan perubahan perilaku anak didik yang relative permanen.
2. Anak didik memiliki potensi,
gandrung dan kemampuan yang merupakan benih kodrati untuk ditumbuh kembangkan
tanpa henti.
3.
Perubahan atau pencapaian
kualitas ideal itu tidak tumbuh linier sejalan proses kehidupan.
4. Proses pembelajaran yang ideal
harus memperhatikan hal-hal yang dapat dijadikan pendukung dalam proses
tersebut. Penggunaan media pendidikan dalam proses pembelajaran oleh banyak
pihak dapat meningkatkan kualitas pemahaman siswa terhadap materi yang
diajarkan oleh pendidik. Penggunaan media, juga harus sesuai dengan struktur
kurikulum dalam lembaga pendidikan. Kesesuaian ini, disamping tidak bertentangan
dengan apa yang akan diajarkan juga keterkaitan antara media dan kurikulum
saling berkesinambungan. Hal ini perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran,
sehingga tidak mengorbankan hal-hal lain yang lebih penting dalam pembelajaran.
Salah satu kesesuaian materi (kurikulum) dengan penggunaan media pembelajaran
yaitu keefektifan penggunaan waktu pembelajaran yang telah ditentukan.
5. Penggunaan media pembelajaran
dalam proses pendidikan, dinilai oleh banyak pihak mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran, peningkatan pemahaman siswa terhadap materi ajar yang disampaikan
oleh pendidik. Dalam proses penggunaannya, para pendidik harus mampu
menyelaraskan antara media dengan kurikulum, dan yang tidak kalah pentingnya
adalah keefektifan penggunaan waktu dalam penggunaan media dimaksud serta
sesuai dengan materi ajar.
Sebelum menggunakan media, para pendidik terlebih dahulu
menyediakan naskah media pembelajaran yang akan dilakukan dalam proses
pembelajaran. Naskah media ini akan menuntun para pendidik dalam menggunakan
media pembelajaran. Penulisan naskah media, dalam hal ini harus memperhatikan
arah dan tujuan penggunaan media dalam pembelajaran serta kesesuaian media
dengan materi ajar dan keefektifan penggunaan waktu. Makalah ini akan
menggambarkan secara sederhana bagaimana penulisan naskah media pembelajaran
dalam mendukung proses pembelajaran didalam kelas.
B.
PEMBAGIAN NASKAH MEDIA PEMBELAJARAN
Dalam proses pembelajaran, penggunaan media sangat diperlukan
untuk membantu efektivitas dan efesiensi pengajaran. Oleh karena itu pemilihan
media pengajaran yang tepat guna dan tepat sasaran sangat
dibutuhkan, sehingga pada dasarnya penggunaan media pengajaran bertujuan untuk:
1. Memberi kemudahan kepada peserta didik untuk memahami materi
pelajaran.
2. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi.
3. Menumbuhkan sikap dan keterampilan dalam penggunaan teknologi.
4. Menciptakan situasi belajar yang tidak mudah dilupakan.
Merujuk kepada tujuan penggunaan media dalam pembelajaran, maka
penulisan naskah media pembelajaran juga harus memiliki syarat-syarat tertentu
untuk mencapai keefektivitasan dan keefesienan dalam proses pembelajaran.
Penyajian materi ajar yang akan disajikan kepada peserta didik, dapat
disampaikan melalui media yang sesuai atau yang dipilih, sehingga materi
instruksional dapat disampaikan melalui media tersebut. Materi tersebut perlu
dituangkan dan tulisan dan atau gambaran yang disebut dengan naskah program
media.
Sebelum penulisan naskah dimulai, terlebih dahulu menuliskan
treatment yang akan digunakan dalam penulisan naskah. Treatment adalah uraian
berbentuk essai yang menggambarkan alur penyajian program yang akan disampaikan. Sebuah treatment yang baik selain memberi
gambaran tentang urutan program juga memberikan gambaran suasana ataupun mood dari program media itu.
Treatment ini biasanya digunakan oleh pemesan naskah atau penulis naskah dalam
mencari kesesuaian pendapat alur penyajian media yang akan diproduksi. Setelah
disetujui, treatment tersebut
digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan naskah selanjutnya
Secara umum naskah dapat dibedakan dalam dua bentuk naskah media
pembelajaran, yaitu pertama, naskah media audio dan naskah
audio visual, dan kedua, media
berbasis cetakan. Pada media jenis audio dan audio visual, naskah dikatakan
sebagai outline dari
program media yang akan dibuat. Naskah merupakan pedoman tertulis yang berisi
informasi dalam bentuk visual, grafis dan audio yang dijadikan acuan dalam
pembuatan media. Sementara media berbasis cetakan, menulis naskah sesungguhnya
merupakan kegiatan menyusun media/prototype media itu sendiri, seperti modul,
dan buku ajar.
Naskah untuk program media perlu disusun, karena melalui naskah,
tujuan pembelajaran dan materi ajar dituangkan dengan kemasan sesuai dengan
jenis media, sehingga media yang dibuat benar-benar sesuai dengan keperluan.
Selain itu, naskah menjadi pedoman bagi pengguna dan terutama pembuat
program dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang menggunakan media
pembelajaran, penulisan naskah media sangat diperlukan seperti yang disebutkan
diatas. Hal ini akan memudahkan para guru dalam mengelola dan memanfaatkan
media sebagai sumber belajar. Disamping itu naskah juga berfungsi sebagai
pedoman bagi guru dalam pembuatan naskah selanjutnya. Kurikulum dan tujuan
materi ajar juga harus terdapat dalam penggunaan media, sehingga tidak
mengurangi kesesuaian materi ajar dengan media dalam pemanfaatan waktu
pembelajaran.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai mengemukakan bahwa, dalam penulisan
naskah ada tiga faktor yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Penelitian atau observasi
tentang keadaan sasaran pendengar.
Penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui keadaan sasaran yang akan mendengarkan program. Keadaan ini
mencakup;
a. Minat dan kebutuhan,
bila seseorang merasa terpenuhi kebutuhannya maka, minatnya akan timbul, dan
motivasinya akan bertambah.
b. Tingkat Pengetahuan, sasaran pendengar perlu diketahui terlebih dahulu
rata-rata ,tingkat pengetahuan yang dimiliki sasaran.
c. Sikap (attitude) sasaran, hal ini mempunyai implikasi terhadap
desain perencanaan suatu naskah untuk memenuhi kebutuhan sasaran.
d. Naskah yang baik akan selalu memperhatikan setiap sikap
sasarannya. Sikap sasaran dapat digolongkan menurut jenisnya, yaitu:
e. Personal attitude, adalah apabila seseorang
mempunyai sikap percaya pada pemikiran yang parsiasif, yang menyebutkan bahwa
sesuatu itu, lebih sempurna menurut pandangannya.
f. Interpersonal attitude, orang
yang bersikap demikian akan melakukan hal yang sama dengan orang yang disukai
dan dekat dengan mereka.
g. Intrapersonal attitude, orang yang demikian akan
dipengaruhi oleh pertimbangan suatu konsep yang dianut atau yang dimilikinya.
h. Impersonal attitude, bilamana orang yang mempunyai sikap
terhadap sesuatu yang mampu memuaskannya dan menyenangkannya
i. Tingkah laku (behavior), tingkah laku dan corak kegiatan
mereka akan mengarahkan pokok pembicaraan dan format penyajian program
yang atraktif. Dalam hal ini perlu ditanyakan kebiasaan-kebiasaan sasaran.
2.
Penentuan format yang sesuai dengan
materi dan kesenangan sasaran pendengar.
Ada beberapa hal yang dapat
menentukan bentuk dan format dalam penulisan naskah atau faktor lain dalam
menentukan naskah, yaitu:
a.
Tujuan pengajaran, apa yang
hendak dicapai oleh kegiatan media pengajaran, apakah dalam bentuk afektif,
kognitif, dan psikomotor.
b. Tujuan untuk menarik minat atau membangkitkan daya apresiasi.
c.
Bentuk laporan atau reportase
dan berita dapat membangkitkan daya afektif, misalnya untuk tujuan
propaganda.
Bentuk-bentuk yang dapat
dipakai atau yang dapat dilakukan dalam penulisan naskah media pengajaran atau
skrip program audio adalah:
1)
Uraian
dan ceramah, biasanya
dipergunakan untuk mengantarkan saran, nasihat, dan informasi.
2) Berita, adalah
bentuk terbaik yang digunakan untuk menyampaikan laporan mengenai
peristiwa-peristiwa yang sedang melanda atau yang terjadi didaerah sasaran.
3)
Laporan, merupakan
bentuk penyajian yang paling baik apabila materinya sesuai dengan kebutuhan
sasaran.
4) Reportase, dimaksudkan
untuk memberikan laporan langsung dari tempat kejadian mengenai peristiwa
penting yang dibutuhkan oleh sasaran pendengar untuk diketahui.
5) Dialog atau monolog, merupakan
bentuk yang dilakukan oleh beberapa pelaku dalam dialog, sedangkan monolog
merupakan bentuk dialog yang pelakunya hanya seorang.
6) Wawancara, bentuk
ini mampu memberikan pengetahuan kepada sasaran
tentang persoalan yang dihadapi sasaran lainnya.
7) Diskusi, yaitu
kegiatan yang melibatkan pendengar untuk ikut berfikir dalam proses
penyelesaian perbedaan pendapat, serta mengajak sasaran untuk memahami pendapat
dan gagasan orang lain.
8)
Feature, bentuk
ini untuk memperbincangkan satu masalah agar lebih mendalam.
9)
Majalah
udara, untuk
menyampaikan informasi praktis yang diselingi dengan musik atau hiburan.
10) Sandiwara atau drama, biasanya
untuk menyampaikan pesan-pesan penerangan, propaganda dan pendidikan, karena
pesan yang terkandung didalamnya bisa disusun sedemikian rupa sehingga selain
memberikan penerangan juga bersifat menghibur pendengar[8].
3. Pelaksanaan penulisan naskah.
Dalam menulis naskah atau skrip
program audio, terlebih dahulu kita harus membuat garis besar jalannya isi
naskah yang akan ditulis. Seperti yang disampaikan sebelumnya penulisan naskah
ini dimaksudkan sebagai penuntun dalam proses perekaman suara.
Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan pada saat kita akan membuat naskah program audio, diantaranya
adalah:
a. Pesan harus relevan dengan karakteristik kelompok sasaran,
tidak hanya satu atau bagi segelintir individu atau kelompok tertentu. Pesan
hendaknya memperhatikan kepentingan bersama.
b. Persoalan adaftasi, menjadi hal terpenting karena
sebuah pesan harus sesuai dengan karakteristik orang yang berbeda-beda
Bahasa yang digunakan pada
komunikasi publik atau komunikasi masa sebaiknya hanya menggunakan bahasa yang sudah
dikenal umum dan mudah untuk dipahami. Arif S. Sadiman mengemukakan
bahwa, kalimat-kalimat yang digunakan dalam bahasa verbal diusahakan kalimat
tunggal dan kalimat pendek sesuai bahasa sehari-hari. Bila terpaksa harus
menggunakan bahasa sulit hendaknya diberi
penjelasan, karena sekali mereka mendengarkan hal yang tidak dipahami maka
sasaran akan menurun minatnya, dan bila hal ini terjadi berulang-ulang, ia akan
benar-benar merasa bahwa materi tersebut bukan untuk dirinya.
Musik mungkin bisa dijadikan
andalan untuk menarik perhatian siswa (pendengar). Karena musik memberikan
nuansa yang hidup pada program audio kita sehingga para siswa pendengar tidak
merasa bosan. Karena keberadaan musik sangat penting dalam program media audio,
kita harus hati-hati dalam memilih musik yang tepat. Daya konsentrasi orang
dewasa untuk mendengarkan berkisar antara 25 s/d 45 menit dan untuk anak-anak
15 s/d 25 menit. Oleh karena itu tidaklah bijaksana bila membuat program audio
yang sangat panjang.
C.
PROSES
PEMBUATAN NASKAH
Dalam makalah ini akan disampaikan empat naskah media
pembelajaran, yaitu naskah media audio, naskah media audio visual, naskah media
cetak, dan naskah media film bingkai.
1.
Naskah
Media Audio
Media audio adalah media yang menyajikan informasi dalam bentuk
audio atau suara dan untuk menerima informasi tersebut menggunakan indra
pendengaran. Format audio yang dapat disajikan adalah suara manusia (narative),
musik, lagu/vocal, dan sound effect. Arif S. Sadiman mengemukakan
bahwa media audio adalah sebuah media yang hanya mengandalkan bunyi dan suara
untuk menyampaikan informasi dan pesan. Program audio dapat menjadi indah dan
menarik karena program ini dapat menimbulkan daya fantasi pada pendengarnya.
Informasi dalam media audio dapat dikemas dalam beberapa format sajian,
diantaranya adalah:
a. Dialog atau diskusi (narrative).
Format ini menyajikan dua orang atau lebih yang memiliki kedudukan yang sama,
membicarakan satu tema yang berisi materi pelajaran.
b. Tutorial. Ciri khas dari format ini didalamnya terlibat dua pihak,
yaitu siswa yang diberi bimbingan dan tutor yang memberikan bimbingan.
c. Megazine.
Informasi yang disajikan pada program audio jenis magazine lebih banyak dan
bervariasi.
d. Drama. Format ini menyajikan informasi dalam bentuk sajian drama.
Berikut beberapa petunjuk yang perlu kita ikuti dalam menulis
naskah program media audio, seperti yang dikemukakan oleh Arif S. Sadiman.
Bahasa. Bahasa yang digunakan dalam media audio
adalah bahasa percakapan, bukan bahasa tulisan. Kalimat yang digunakan sedapat
mungkin kalimat tunggal dan menggunakan kalimat-kalimat yang pendek.
Musik dalam program audio. Program audio hanya mengandalkan kepada
suara saja. Agar pendengar tidak bosan mendengarkan program, maka perlu
menggunakan musik dalam program audio. Dengan demikian perlu diperhatikan
pemilihan musik yang akan digunakan dalam program media audio, diantara musik
yang digunakan adalah:
a.
Musik Tema. Musik tema adalah
musik yang menggambarkan watak atau situasi tertentu sesuai dengan program
sajian. Musik tema dibuat secara khas, harus berbeda dengan musik yang sudah
ada sehingga menjadi ikon ciri khas dari sebuah program audio. Musik transisi.
Musik ini digunakan sebagai penghubung dua adegan, durasi musik ini tidak perlu
panjang cukup 15 sampai 20 menit. Hal ini perlu diperhatikan karena perpindahan
adegan tanpa disertai dengan musik transisi, membuat perpindahan menjadi kaku,
dan tidak smooth.
b.
Musik jembatan (bridge). Musik
ini merupakan bentuk khusus dari musik transisi, yaitu berfungsi menjembatani
dua buah adegan. Musik ini digunakan apabila suasana adegan terdahulu adalah
suasana sedih sedangkan suasana berikutnya gembira dan diakhiri dengan suasana
gembira.
c.
Musik latar belakang. Musik ini
digunakan sebagai pengiring pembacaan teks atau percakapan dan sering juga
disebut sebagai “background music”.
Maksudnya supaya teks dapat meresap kehati pendengar, karena musik ini dapat
memberikan variasi, memberikan tekanan dan menciptakan suasana.
d. Musik smash. Adalah musik yang
digunakan untuk membuat kejutan atau tekanan. Musik ini digunakan dengan
singkat tetapi pada saat yang tepat.
Beberapa istilah teknis yang digunakan dalam naskah audio. Sebelum
membuat naskah audio diperlukan pengetahuan tentang istilah-istilah teknis,
yaitu:
a. ANNOUNCER (ANN); pihak yang
memberikan informasi tentang suatu acara akan disampaikan. Atau dengan kata
lain berfungsi untuk membuka sebuah program audio.
b. NARRATOR (NAR); fungsinya
hampir sama dengan fungsi announcer, namun perbedaannya narrator
menginformasikan sajian materi. Jadi narrator sudah berada dalam program.
c.
MUSIK; musik perlu dituliskan
dalam naskah, yang menunjukan bahwa pada adegan tersebut perlu disisipkan musik
yang sesuai.
d.
SOUND EFFECT (FX); adalah suara-suara yang
terdapat dalam program audio untuk mendukung terciptanya suasana atau situasi
tertentu. Sound effect dapat berupa suara alamiah, atau sengaja dibuat dengan
manifulasi tertentu.
e.
FADE IN DAN FADE OUT; adalah simbul yang berarti
bahwa pada adegan tersebut musik masuk secara perlahan (fade in) dan jika musik sedang berjalan maka hilangnya pun secara
perlahan (fade out).
f.
OFF MIKE; situasi dimana suara ditimbulkan seolah-olah dari kejauhan.
Untuk menimbulkan efek ini sumber suara harus menjauhi mike.
g. IN-UP-DOWN-UNDER-OUT; simbol ini menjelaskan bahwa
musik masuk secara perlahan (IN),
kemudian naik (UP) setelah musik naik
secara optimal maka kembali turun secara cepat (DOWN), kemudian musik perlahan rendah dan terus bertahan rendah
selama beberapa menit (UNDER) sampai
akhirnya musik perlahan menghilang (OUT).
Format Naskah Audio. Pada umumnya format naskah audio menggunakan
format dua kolom, seperti contoh berikut ini:
No
|
Pelaku / jenis
suara
|
Teks / isi suara
|
Kolom diisi nama
pelaku dan jenis suara yang akan di ucapkan/disajikan pada keseluruhan
program audio..
|
Pada kolom ini
berisi teks dan isi suara narasi, dialog, musik, dan sound effect.
|
2.
Naskah
Media Audio-Visual
Media video adalah media yang menyajikan informasi dalam bentuk
suara dan visual. Sama halnya dengan media audio, unsur suara yang ditampilkan
berupa narasi, dialog, sound effect dan musik, sedangkan unsur visual berupa
gambar/foto diam (still image), animasi
dan teks[19].
Penulisan naskah secara teoritis merupakan komponen dari pengembangan media.
Secara lebih praktis, hal tersebut merupakan bagian dari serangkaian kegiatan
produksi media melalui tahap-tahap perencanaan dan desain, pengembangan, serta
evaluasi.
Tahapan-tahapan pembuatan naskah audio visual seperti yang
diungkapkan oleh Arif S. Sadiman, dkk, dapat dirincikan
sebagai berikut:
a. Sinopsis
Synopsis diperlukan untuk memberikan gambaran secara ringkas dan
padat tentang tema atau pokok materi yang akan digarap. Tujuan utamanya adalah
mempermudah pemesan manangkap konsepnya, mempertimbangkan kesesuaian gagasan
dengan tujuan yang ingin dicapai, dan menentukan persetujuan.
b. Treatment
Treatment mencoba memberikan uraian ringkas secara diskriftif
(bukan tematis) tentang bagaimana suatu episode cerita atau rangkaian peristiwa
instruksional (instruksional
event) yang
akan digarap sebagai ilustrasi pembanding.
c. Storyboard
Merupakan rangkaian kejadian yang dilukiskan pada treatment
tersebut kemudian divisualkan kedalam perangkat gambar atau sketsa sederhana
pada kartu berukuran lebih kurang 8 x 12 cm. tujuan pembuatan storyboard adalah
untuk melihat apakah tata urutan peristiwa yang akan divisualkan telah
sesuai dengan garis cerita (plot) maupun sekuens belajarnya. Serta melihat
kesinambuangan (kontinuitas) arus ceritanya apakah sudah lancar.
d. Skrip atau naskah program
Semua keterangan yang ditemukan
dari hasil coba-coba dengan storyboard tersebut kemudian dituangkan dalam
bentuk skrip atau naskah program menurut tata urutan yang dianggap sudah benar.
Format penulisan naskah film dan program video pada prinsipnya sama, yaitu
dalam bentuk halaman berkolom dua, seperti contoh dibawah ini:
No
|
VIDEO
|
AUDIO
|
Pada kolom video
ini diisi semua kejadian/even yang dievaluasikan dalam keseluruhan isi film
dari awal sampai akhir program. Apa yang kita inginkan tampak dalam layar
monitor diisikan dalam kolom video ini.
|
Dikolom audio ini
berisi semua unsur audio baik berupa suara manusia (narrator/presenter),
musik, dan sound effect.
|
Tujuan utama sebuah naskah program adalah sebagai peta atau
pedoman bagi sutradara dalam mengendalikan penganggaran substansi materi
kedalam suatu program. Dengan demikian skrip yang baik akan dilengkapi dengan
tujuan, sasaran, synopsis, treatment. Dan yang terpenting didalam sebuah
storyboard termuat unsur video dan audio yang memudahkan bagi pemain,
sutradara, dan kameramen dalam kegiatan latihan dan persiapan shooting.
e. Scenario
Skenario lebih merupakan petunjuk operasional dalam pelaksanaan
produksi atau pembuatan programnya. Skenario sangat bermanfaat bagi teknisi dan
kerabat yang akan melaksanakannya dengan tanggung jawab teknis operasional.
Untuk memudahkan seseorang dalam penulisan naskah audio visual, perlu diketahui
beberapa istilah teknis dalam pembuatan naskah audio visual, yaitu:
1) Tipe shots (bentuk gambar). Pengambilan gambar dan gambar yang
dihasilkan dari sebuah kamera dapat dibedakan dengan menggunakan beberapa
istilah. Sebagai basic shot terdapat tiga cara pengambilan yaitu;
a) Close Up (CU), yaitu
pengambilan yang difokuskan pada subjeknya atau bagian tertentu.
b) Medium Shot (MS), yaitu
pengambilan yang memperlihatkan pokok sasarannya secara lebih dekat dengan
mengesampingkan latar belakang maupun detail yang kurang perlu.
c) Long Shot (LS), yaitu
pengambilan yang memperlihatkan latar secara keseluruhan dalam segala dimensi
dan perbandingannya.
f. Gerakan kamera. Gerakan-gerakan kamera selama proses pengambilan gambar
sangat diperlukan karena dengan gerakan kamera posisi dan gerakan objek bisa
diubah-ubah sesuai dengan tuntunan naskah. Jadi, yang tampak pada dasarnya
hasil dari kerja kamera video yang merekam objek dengan posisi yang
berbeda-beda. Seorang pembaca naskah harus mengetahui petunjuk-petunjuk yang
berhubungan dengan gerakan kamera tersebut.
g. Camera angle. Penempatan
tinggi kamera sangat menentukan titik pandang mata penonton dalam menyaksikan
suatu adegan, sekaligus membangun kesan psikologis penonton terhadap objek
tersebut.
3.
Naskah
Media Media Cetak.
Media pembelajaran dalam bentuk cetakan seperti buku ajar, modul
dan sejenisnya paling banyak digunakan dan diproduksi. Media dalam bentuk ini relative mudah dan praktis dalam pemanfaatannya. Media pembelajaran dalam
bentuk cetakan banyak jenisnya, antara lain adalah:
a.
Modul atau buku ajar.
b.
Buku teks.
c.
Bahan presentasi.
Media berbasis cetakan dimaksudkan dikembangkan dalam bentuk
cetakan (hard copy). Namun dengan perkembangan
teknologi multimedia saat ini, media pembelajaran tidak hanya dikemas dalam
bentuk hard copy, melainkan banyak pula yang disajikan dan disimpan dalam
bentuk CD.ROOM (soft
copy). Bahkan
buku teks banyak disajikan dalam bentuk soft copy.
Modul ajar atau buku ajar disusun secara sistematis untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional. Buku
ajar dimaksudkan leaner-oriented, dan
bersifat mandiri (dapat dipelajari sendiri) oleh peserta didik, oleh sebab itu,
modul ajar ditulis secara lengkap, sistematis dan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami.
Format penulisan naskah modul ajar, komponen utamanya terdiri dari
tujuan pembelajaran, bab pendahuluan, bab pembelajaran, evaluasi, dan hal ini
secara jelas disajikan dalam sebuah buku.
D.
PENUTUP
Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
sangatlah diperlukan, mengingat untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
penguasaan materi yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Namun demikian
penggunaan media dalam pembelajaran tidaklah serta merta dilakukan begitu saja
oleh guru. Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa penggunaan media sebagai
bentuk dari sarana penyampaian materi ajar yang akan disampaikan kepada peserta
didik didalam kelas. Penggunaan media juga bertujuan untuk mencapai tujuan
materi ajar yang sudah ditentukan didalam kurikulum pembelajaran.
Disamping itu, sebelum menggunakan media dalam pembelajaran, guru
diharapkan mempersiapkan naskah media sebagai pedoman dalam penggunaannya
didalam kelas, sehingga penggunaan media pembelajaran didalam kelas bukan
sekedar menjadi hiburan bagi para siswa, namun media pembelajaran digunakan
dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran[25].
Efektivitas penggunaan media dalam pembelajaran juga tidak terlepas dari waktu
yang disediakan dalam pembelajaran serta kesesuaian kurikulum dengan media yang
akan digunakan. Dengan demikian penggunaan media semata-mata tidak terlepas
dari kurikulum dan keefektivan ketersediaan waktu pembelajaran.
E.
DAFTAR PUSTAKA
Asyhar, Rayandra. Kreatif
Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta; Gaung
Persada Press, 2011
Darwyn Syah, dkk. Perencanaan
Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Gaung
Persada Press, 2007.
Kustandi, Cecep dan Bambang
Sutjipto. Media
Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011.
Munadi, Yudhi. Media
Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung
Persada (GP) Press, 2010.
Sadiman, Arief. S. dkk. Media
Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya Jakarta:
Pustekkom Dikbud dan PT. RajaGrafindo Persada, 2010.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. Media
Pembelajaran. Bandung:
Sinar Baru Algesindo, 2009.
Demikian artikel
tentang Makalah Media Pembelajaran PAI Tentang Penulisan Naskah Media, semoga
berkah dan bermanfaat. Salam cerdas…..
Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
ReplyDeleteKaos Islami Dakwah
Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
Hati yang Tulus Tak Bisa Direkayasa