Tujuan
Setelah mempelajari bagian ini diharapkan dapat:
1.
Mengetahui peranan
antena pada sistem telekomunikasi.
2.
Memahami macam dan
bentuk antena yang digunakan dalam sistem telekomunikasi.
3.
Mengetahui
bagian-bagian antena yang digunakan dalam sistem telekomunikasi.
6.1. Pendahuluan
Dalam sejarah komunikasi, perkembangan teknik informasi
tanpa menggunakan kabel ditetapkan dengan nama “Antena”. Antena berasal dari
bahasa latin ”Antena” yang berarti tiang kapal layar”. Dalam pengertian
sederhana kata latin ini berarti juga ”penyentuh atau peraba” sehingga kalau
dihubungkan dengan teknik komunikasi berarti bahwa antena mempunyai tugas
menyelusuri jejak gelombang elektromagnetik, hal ini jika antena berfungsi
sebagai penerima. Sedangkan jika sebagai pemancar maka tugas antena tersebut
adalah menghasilkan sinyal gelombang elektromagnetik.
Antena dapat juga didefinisikan sebagai sebuah atau
sekelompok konduktor yang digunakan untuk memancarkan atau meneruskan gelombang
elektromagnetik menuju ruang bebas atau menangkap gelombang elektromegnetik
dari ruang bebas.
Energi listrik dari pemancar dikonversi menjadi gelombang
elektromagnetik dan oleh sebuah antena yang kemudian gelombang tersebut
dipancarkan menuju udara bebas. Pada penerima akhir gelombang elektromagnetik
dikonversi menjadi energi listrik dengan menggunakan antena.
Sinyal gelombang radiasi elektromagnetik yang berasal
dari antena terdiri dari dua komponen yaitu medan listrik dan medan magnetik.
Energi total tersebut dipancarkan dalam bentuk gelombang yang hampir konstan ke
udara bebas dan ada beberapa yang terserap oleh tanah. Namun demikian gelombang
tersebut dipancarkan ke segala arah, hal ini disebabkan oleh jumlah energi yang
dipancarkan berkurang kekuatannya sebagai akibat dari jarak yang semakin jauh
dari sumbernya.
Rancangan sebuah antena sangat penting dalam sebuah
stasiun pemancar. Hal ini dikarenakan antena harus melakukan kerja memancarkan
gelombang secara efisien sehingga catu daya sebagai sumber tenaga pemancar
tidak menjadi sampah tetapi benar-benar menjadi energi gelombang radio.
Pemancar yang efisien harus menggunakan antena yang mempunyai ukuran pasti yang
ditentukan oleh besar frekuensi pancarnya.
Secara phisik ukuran sebuah antena harus proporsional
dengan panjang gelombang. Semakin tinggi frekuensi yang digunakan maka akan
semakin kecil ukuran antena yang digunakan. Hal yang penting dalam antena
adalah bahwa antena pemancar dibagi menjadi dua klasifikasi dasar yaitu: Antena
Hertz (half-wave) dan Antena Marconi (quarter-wave). Antena hertz biasanya
dipasang sepanjang dengan ground dan diposisikan untuk memancarkan gelombang
vertikal ataupun horisontal.
Antena marconi (quarterwave) dioperasikan dengan sebuah
akhir yang ditanahkan dan disambung secara tegak lurus menuju tanah atau
permukaan yang berfungsi sebagai ground. Antena hertz biasanya digunakan untuk
operasi frekuensi sebesar 2MHz atau diatasnya, sedangkan antena marconi
digunakan untuk operasi frekuensi di bawah 2 MHz.
Antena yang digunakan dalam
berkomunikasi harus memiliki sifat-sifat antena yang ideal supaya mendapatkan
hasil komunikasi yang baik, walaupun hal ini tidak pernah terjadi. Sifat-sifat
antena yang ideal antara lain:
Gambar 6.1. Komunikasi menggunakan antena
1.
Menerima secara
efisien sinyal-sinyal yang diinginkan tanpa memindah band.
2. Secara normal
mempunyai sifat omnidirectional, baik untuk gelombang panjang maupun pendek.
Antena directional dibutuhkan untuk gelombang VHF/UHF maupun gelombang mikro.
3.
Mempunyai perubahan
resistensi dan reaktansi yang kecil terhadap perubahan frekuensi sinyal.
4. Efek pemudaran
(fading) seminimal mungkin, baik untuk gelombang panjang, medium maupun
gelombang pendek.
5.
Efek interferensi
dari instalasi listrik dalam rumah sekecil mungkin.
6.
Harus tahan karat
atau kerusakan terhadap cuaca dan juga mudah pemasangannya
7.
Antena harus murah
dan baik dipandang.
Berdasarkan fungsinya antena dibedakan dalam macam yaitu
: antena pemancar dan antena penerima. Sifat antena ada dua yaitu
omnidirectional dan directional. Semua antena secara umum baik bentuk dan
ukurannya mempunyai empat karakteristik dasar yaitu reciprocity, directivity,
gain, dan polarization.
6.2. Reciprocity
Reciprocity merupakan sebuah kemampuan untuk menggunakan
antena yang sama pada kedua antena, baik antena pemancar maupun penerimaan.
Karakteristik listrik pada sebuah antena yang terpasang akan sama secara umum
apakah menggunakan antena sebagai pemancar maupun sebagai penerima. Supaya
memperoleh efisiensi yang baik perlu menggunakan antena yang memancarkan atau
menerima sinyal pada gelombang frekuensi dengan antena yang bekerja pada
frekuensi yang sama.
Ketika antena digunakan untuk mengirimkan maksimum
radiasi terjadi pada sudut kanan. Ketika antena yang sama digunakan untuk
menerima maka akan terjadi penerimaan yang sangat baik. Antena yang mempunyai
sifat reciprocity dapat digambarkan seperti pada gambar 6.3. dan 6.4. Antena
Pemancar Gambar 6.3. Antena reciprocity antena pemancar Antena Penerima Gambar
6.4. Antena reciprocity pada penerima
6.3. Directivity
Directivity dari sebuah antena atau deretan antena diukur
pada kemampuan yang dimiliki antena untuk memusatkan energi dalam satu atau
lebih ke arah khusus. Antena dapat juga ditentukan pengarahanya tergantung dari
pola radiasinya. Dalam sebuah array propagasi akan diberikan jumlah energi,
gelombang radiasi akan dibawa ketempat dalam suatu arah.
Elemen dalam array
dapat diatur sehingga akan mengakibatkan perubahan pola atau distribusi energi
lebih yang memungkinkan ke semua arah. Suatu hal yang tidak sesuai juga
memungkinkan. Elemen dapat diatur sehingga radiasi energi dapat dipusatkan
dalam satu arah.
6.3.1. Gain (Penguatan Antena)
Pancaran gelombang radio oleh antena semakin jauh akan
semakin lemah, melemahnya pancaran itu berbanding terbalik dengan kuadrat
jaraknya, jadi pada jarak dua kali lipat kekuatannya menjadi 1/22 atau
seperempatnya. Angka tersebut masih belum memperhitungkan melemahnya pancaran
karena hambatan lingkungan dalam perjalanannya.
Selain sifat tersebut di atas, sifat lain dari antena
adalah bahwa kekuatan pancaran ke berbagai arah cenderung tidak sama. Pancaran
gelombang radio oleh antena vertikal mempunyai kekuatan yang sama ke segala
arah mata angin, sifat pancaran semacam inilah yang dinamakan omnidirectional.
Pada antena dipole, pancaran ke arah tegak lurus bentangannya besar sedang
pancaran ke samping sinyalnya kecil, pancaran semacam ini disebut
bidirectional.
Beberapa antena harus mempunyai pengarahan yang sangat
baik. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan energi pancaran yang lebih
tinggi dalam suatu arah tertentu dibandingkan lainnya.
Perbandingan jumlah dari energi yang dipancarkan dalam
arah dan energi tersebut yang seharusnya dipropagasikan jika antena tersebut
tanpa diarahkan atau disebut penguatan. Penguatan antena konstan jika antena
tersebut digunakan sebagai antena pemancar atau antena penerima. Dalam teknik
radio, kekuatan pancaran ke segala arah digambarkan sebagai pola pancaran
(radiation pattern).
Pola 1 adalah pola pancaran antena dipole (antena 1),
apabila ada antena lain (antena 2) yang mempunyai pola radiasi seperti pada
pola 2, maka titik A akan menerima sinyal lebih kuat daripada pancaran antena
1, dapat dikatakan bahwa antena 2 mempunyai penguatan (Gain). Gain dinyatakan
dengan dB, sebagai pembanding menentukan besarnya adalah dipole. untuk gain
6.3.2. Polarisasi
Gelombang elektromagnetik yang melaju di udara atau di
angkasa luar terdiri atas komponen gaya listrik dan komponen gaya magnet yang
tegak lurus satu sama lain seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
Gelombang radio yang memancar dapat dikatakan terpolarisasi sesuai arah
komponen gaya listriknya.
Untuk antena dipole maka polarisasinya searah dengan
panjang bentangannya. Bila antena tersebut dipasang horizontal, maka
polarisasinya horizontal pula. Agar dapat menerima gelombang elektromagnetik
secara baik, maka antena harus mempunyai polarisasi yang sama dengan polarisasi
gelombang radio yang datang.
Arah polarisasi ini akan tetap sepanjang lintasan
gelombang elektromagnetik, kecuali bila gelombang tersebut sudah dipantulkan
oleh ionosphere, maka polarisasinya bisa berubah. Oleh karena itu antena untuk
keperluan komunikasi jarak jauh pada HF atau MF dapat dibuat vertikal atau
horizontal. Pada band MF dan HF, biasanya kita gunakan polarisasi horizontal
sedangkan untuk VHF biasa digunakan polarisasi vertikal.
Pancaran gelombang VHF tidak menggunakan pantulan
ionosphere, hal ini supaya polarisasinya sampai ke antena pesawat lawan bicara
masih tetap vertikal. Energi yang berasal dari antena yang dipancarkan dalam
bentuk sphere, dimana bagian kecil dari sphere disebut dengan wave front.
Posisi garis tegak lurus yang pengarahan dari medan radiasi dapat dilihat pada
gambar 5.6. Pada umumnya semua titik pada gelombang depan sama dengan jarak
antara antena.
Selanjutnya dari antena tersebut, gelombang akan
membentuk kurva yang kecil atau mendekati. Dengan mempertimbangkan jarak, right
angle ke arah dimana gelombang tersebut dipancarkan, maka polarisasi dapat
digambarkan sebagaimana gambar 6.6.
Radiasi gelombang elektromagnetik dibangkitkan oleh medan
magnetik dan gaya listrik yang selalu berada di sudut kanan. Kebanyakan
gelombang elektromagnetik dalam ruang bebas dapat dikatakan berpolarisasi
linier. Arah dari polarisasi searah dengan vektor listrik. Bahwa polarisasi
tersebut adalah jika garis medan listrik yang disebut dengan garis E adalah
membentuk garis horisontal, dan gelombang tersebut dikatakan sebagai polarisasi
horisontal. Dan jika E berupa garis vertikal maka gelombang dapat dikatakan
sebagai polarisasi vertikal.
Pemasangan antena secara horisontal maka akan menghasilkan
gelombang polarisasi horisontal dan pemasangan antena secara vertikal akan
menghasilkan gelombang polarisasi vertikal. Secara umum polarisasi sebuah
gelombang tidak berubah pada jarak yang pendek. Sehingga pengiriman dan
penerimaan antena dapat diatur sesukanya, khususnya jika antena tersebut
dipisahkan dalam jarak yang pendek.
Melalui jarak yang jauh, polarisasi dapat berubah, dimana
perubahan ini biasanya sangat kecil dan terjadi pada frekuensi yang rendah,
atau mengalami penurunan yang sangat dratis pada frekuensi tinggi. Pada
transmisi RADAR sinyal diterima yang secara kenyataan adalah gelombang yang
dipantulkan dari obyek, Sinyal polarisasi berbeda tergantung dengan tipe obyek,
tanpa pengaturan posisi dari antena penerima supaya lebih baik untuk pengiriman
sinyal. Dengan memisahkan antena yang digunakan untuk memancarkan dan
penerimaan, sebuah antena penerima umumnya dipolarisasikan dalam arah yang sama
sebagai antena pemancar.
Ketika antena pemancar terjadi hubung singkat dengan
tanah, maka akan terjadi polarisasi vertikal, karena gelombang polarisasi
vertikal menghasilkan sinyal lebih besar dan kuat sepanjang permukaan tanah.
Pada tempat lain ketika antena memancarkan dengan jarak yang tinggi dari
permukaan tanah, akan terjadi polarisasi horisontal dan memungkinkan kuat
sinyal menuju permukaan tanah.
6.4. Radiasi Energi Gelombang Elektromagnetik
Berbagai macam faktor yang mempengaruhi antena dalam
memancarkan energi gelombang elektromagnetik. Jika sebuah gelombang bolak-balik
dipasang pada ujung A dari kawat antena AB, selanjutnya pada ujung B akan
bebas, keberadaan rangkaian dan gelombang selanjutnya tidak bisa bergerak.
Pada titik tersebut terjadi apa yang dinamakan impedansi
tinggi. Gelombang akan menyebabkan reaksi gelombang balik dari titik impendansi
tinggi dan bergerak menuju ke point starting, dimana jika terjadi pantulan
kembali. Secara teoritis energi suatu gelombang harus mengalami disipasi oleh
tahanan dari kawat selama pergerakan back-and-forth atau yang sering disebut
osilasi.
Tiap jangkauan gelombang dari titik permulaan yang
dikuatkan oleh impulse dari energi, cukup untuk menghilangkan energi selama
pengiriman sepanjang kawat. Hasil osilasi ini berlanjut sepanjang kawat dan
tegangan tinggi pada ujung A dari sebuah kawat. Osilasi ini memindahkan energi
sepanjang antena pada kecepatan yang sama dengan frekuensi dari tegangan
gelombang RF dan memperpanjang sifat dari impuls pada titik A.
Kecepatan data gelombang frekuensi yang bergerak
sepanjang kawat adalah dengan kecepatan konstan kira-kira 300.000.000 meter per
detik. Panjang antena harus disesuaikan dengan gelombang yang akan bergerak
dari satu ujung ke ujung lainnya dan kembali lagi selama satu perioda dari
tegangan RF. Jarak perjalanan gelombang selama periode dalam satu cycle
diketahui sabagai panjang gelombang. Di mana hal tersebut dapat dicari dengan
pembagian kecepatan pergerakan dengan frekuensi.
Perhatikan distribusi arus dan tegangan pada antena yang
ditunjukan pada gambar 5.8. Gerakan maksimum dari elektronelektron pada pusat
antena adalah mempunyai impendansi rendah.
a.
Arus
b.
tegangan
c. Arus
dan Tegangan
Kondisi di atas disebut dengan gelombang tegak (standing
wave) sebuah arus. Pada titik dimana arus dan tegangan tinggi diketahui sebagai
arus dan tegangan loop. Titik terendah arus dan tegangan diketahui sebagai arus
dan tegangan simpul. Gambar a diketahui sebagai tegangan loop dan dua arus
simpul. Gambar b menunjukkan dua tegangan loop dan tegangan node. Sedangkan
gambar c sebagai akibat tegangan dan arus loop serta simpul.
Pada gambar di atas, gelombang tegak digambarkan sebagai
kondisi resonansi antena. Pada saat beresonansi, sebuah gelombang bergerak
kebelakang dan seterusnya dalam sebuah antena, dikuatkan pada tiap-tiap
gelombang, kemudian ditransmisikan menuju ruang bebas pada radiasi maksimum.
Ketika antena tidak beresonansi dan gelombang cenderung untuk dibatalkan dan energi akan hilang dalam bentuk panas. Perkiraan logis dengan hilangnya energi pada radiasi antena sama dengan 360 derajat. Kasus seperti ini tidak terjadi pada setiap antena.
Ketika antena tidak beresonansi dan gelombang cenderung untuk dibatalkan dan energi akan hilang dalam bentuk panas. Perkiraan logis dengan hilangnya energi pada radiasi antena sama dengan 360 derajat. Kasus seperti ini tidak terjadi pada setiap antena.
Energi yang dipancarkan oleh antena membentuk medan yang
mempunyai bentuk radiasi atau radiation pattern. Radiation pattern digunakan
untuk memberikan gambaran dan menentukan ukuran radiasi energi dalam beberapa
sudut dengan jarak yang konstan dari antena dan kemudian mengatur nilai energi
pada grafik. Bentuk pattern tergantung dari tipe yang dibuat dan tergantung
pada jenis antena yang sedang digunakan. Beberapa energi radiasi antena sama ke
segala arah. Radiasi ini diketahui sebagai Isotropic Radiation.
Kebanyakan radiator dan energi lebih kuat dalam satu arah
atau satu arah dibanding lainnya. Pancaran ini ditunjukan sebagai Anisotropic.
Fashlight merupakan contoh dari gelombang radiator anisotropic. Bentuk
gelombang dari flash light hanya porsinya dari ruang hampa yang ada
disekitarnya.
6.5. Antena Dipole Dan Monopole
Salah satu bagian penting dari suatu pemancar radio
adalah antena, ia adalah sebatang logam yang berfungsi menerima getaran listrik
dari transmitter dan memancarkannya sebagai gelombang radio. Antena tersebut
berfungsi pula sebaliknya ialah menampung gelombang radio dan meneruskan
gelombang listrik ke receiver. Kuat tidaknya pancaran yang sampai di pesawat
lawan bicara atau sebaliknya, baik buruknya penerimaan tergantung dari beberapa
faktor.
Faktor pertama adalah kondisi propagasi, faktor kedua
adalah posisi stasiun (posisi antena) beserta lingkungannya, faktor ketiga
adalah kesempurnaan antena. Untuk pancaran ada faktor keempat yaitu kelebaran
band-width pancaran kita dan faktor kelima adalah masalah power.
Seringkali agar pancaran kita cukup besar diterima
stasiun lawan bicara, kita berusaha menaikkan power dengan tanpa memperhatikan
faktor-faktor lain tersebut di atas. Memang usaha meperbesar power secara
teknis merupakan usaha yang paling mudah, akan tetapi hal ini adalah usaha yang
kurang efektif dan cenderung merupakan suatu pemborosan.
Mengenai propagasi dan posisi pemancar ada faktor
bandwidth pancaran dapat dikatakan bahwa makin sempit bandwidth makin kuatlah
pancaran kita, ini ada batasnya mengingat faktor readibility. Sebatang logam
yang panjangnya ¼ Lambda (.) akan beresonansi dengan baik bila ada gelombang
radio yang menyentuh permukaannya.
Jadi bila pada ujung coax bagian inner disambung dengan
logam sepanjang ¼ . dan outernya di ground, ia akan menjadi antena. Antena
semacam ini hanya mempunyai satu pole dan disebut monopole (mono artinya satu).
Apabila outer dari coax tidak di-ground dan disambung dengan seutas logam
sepanjang ¼ . lagi, menjadi antena dengan dua pole dan disebut dipole ½ . (di
artinya dua).
Antena dipole bisa terdiri hanya satu kawat saja disebut
single wire dipole, bisa juga dengan dua kawat yang ujung-ujungnya dihubungkan
dinamakan two wire folded dipole, bisa juga terdiri atas 3 kawat yang
ujung-ujungnya disambung dinamakan three wire folded dipole.
Berbagai macam cara untuk memasang antena tergantung dari
tersedianya space yang dapat diguakan untuk memasangnya. Antena single wire
dipole dapat dipasang horizontal (sayap kiri dan kanan sejajar dengan tanah),
dapat pula dipasang dengan konfigurasi inverted V (seperti huruf V terbalik),
dengan konfigurasi V (seperti huruf V), konfigurasi lazy V (ialah berentuk
huruf V yang tidur) atau dapat juga konfigurasi sloper (miring).
Antena dipole dapat dipasang tanpa menggunakan balun akan
tetapi bila feeder line menggunakan kabel coaxial sebaiknya dipasang balun 1:1,
karena kabel coaxial itu unbalance, sedangkan antenanya balance, agar diperoleh
pola radiasi yang baik.
Kadang antena belum tentu sesuai impendansinya. Oleh
karenanya harus disesuaikan impendasinya. Cara mematchingkan antena yang baik
ialah dengan menggunakan alat khusus yaitu Dip Meter dan impendance meter atau
dapat juga menggunakan SWR analyser. Apabila alat tersebut tidak tersedia,
matching dilakukan dengan menggunakan transceiver dan SWR meter.
Pertama-tama pasanglah antena dengan konfigurasi yang
dikehendaki. Pasanglah SWR meter diantara transceiver dengan transmission line
(coaxial cable). Selanjutnya atur transceiver pada power yang paling rendah,
sekitar 5-10 Watt dengan mode AM atau CW.
Tentukan frekeuensi kerja yang
dikehendaki, misalnya 3.850 MHz. Coba transmit sambil mengamati SWR meter,
putarlah tombol pengatur frekuensi sedemikian sehingga didapatkan Standing Wave
Ratio (SWR) yang paling rendah.
Bila frekuensi tersebut lebih rendah dari 3.850 MHz
berarti sayap-sayap dipole terlalu panjang, jadi harus diperpendek. Bila
frekuensi terlalu tinggi berarti sayap-sayap dipolenya terlalu pendek. Untuk
memperpanjang haruslah disambung, ini kurang menyenangkan.
Jadi pemotongan awal
antena harus dilebihi dari panjang theoritis, dan pada waktu dipasang dilipat
balik sehingga panjangnya sama dengan panjang theoritis. Bila frekuensi match
terlalu rendah, perpendek antena 10 Cm setiap sayapnya.
Bila masih terlalu rendah maka diperpendek lagi. Begitu
seterusnya sehingga diperoleh SWR yang rendah yaitu kurang dari 1:1,5. Cara
memendekkan tidak dengan dipotong tetapi dilipat balik dan menumpuk rapat,
lipatan yang mencuat akan membentuk capasitance head dan mempengaruhi SWR.
Antena dipole dapat dioperasikan secara harmonic, ialah
dipekerjakan pada frekuensi kelipatan ganjil dari frekuensi kerja aslinya.
Misalnya antena untuk 7 MHz dapat pula digunakan untuk bekerja pada 21 MHz
(kelipatan 3). Tentu saja SWR-nya akan lebih tinggi daripada bila digunakan
pada frekuensi aslinya.
Penempatan antena disarankan agak jauh dari kawat telepon
dan kawat listrik untuk menghindari timbulnya telephone interference dan televisi
interference. Bentangan antena yang sejajar dengan kawat telepon atau kawat
listrik dengan jarak kurang dari lima meter akan dapat menimbulkan gangguan
pada pesawat telepon, televisi dan perangkat audio lainnya.
Makin rendah letak antena, sayap-sayapnya cenderung makin
pendek. Untuk itu dalam pekerjaan matching, antena diletakkan pada ketinggian
yang sebenarnya. Begitu pula diameter kawat akan berpengaruh terhadap
panjangnya, makin besar diameter makin pendek antenanya, hal ini disebabkan
karena kapasitansi antena terhadap bumi. Matching antena pada saat tanah basah,
misalnya sehabis turun hujan, sayap dipole menjadi lebih pendek.
Selain itu dalam pemasangan antena juga perlu
memperhatikan lingkungan yang mungkin mengganggu antena itu sendiri. Misalnya
adanya atap dari bahan seng atau atap rumah yang dilapisi dengan aluminium foil
cenderung akan menyulitkan matching antena.
6.6. Menghitung Panjang Gelombang
Cepat rambat gelombang sama dengan cahaya ialah 300.000.000
meter/detik, sedangkan gelombang tersebut bergetar sejumlah f cycle/detik (f =
frekuensi). Misalnya frekuensinya 6 MHz, maka setiap detik ia bergetar
6.000.000 kali. Kita tahu bahwa satu Lambda (.) adalah jarak yang ditempuh oleh
gelombang selama satu kali getar.
Gambar 6.13. Gelombang Frekuensi 1 Lambda
Sehingga panjang satu Lambda adalah :
Kalau f dalam MHz dan . dalam meter, maka rumusnya
menjadi
Dari persamaan di atas adalah panjang gelombang di udara.
Cepat rambat gelombang listrik pada logam itu lebih kecil, yaitu 0.95 kali
gelombang radio di udara. Jadi untuk menghitung Lambda antena, rumus tersebut
menjadi : dimana . dinyatakan dalam meter dan f dalam MHz.
Antena dipole untuk frekuensi 7.050 MHz, dengan rumus di
atas akan didapatkan panjang setiap sayapnya 9.99 meter atau dibulatkan 10
meter, panjang 10 meter ini dinamakan panjang theoritis. Panjang theoritis
tersebut belum dapat langsung digunakan karena faktor pengaruh lingkungan belum
diperhitungkan, kita tahu bahwa pengaruh lingkungan di setiap lokasi itu
berbeda. Perhitungan theoritis ini mutlak diperlukan agar kita bisa memulai
percobaan, tanpa perhitungan theoritis kita tidak akan bisa mengetahui dari
mana kita akan memulai percobaan.
Selain itu harus diketahui pula bahwa lingkungan sangat
berpengaruh terhadap panjang theoritis, terutama apabila antena itu dipasang
rendah. Untuk itu, maka dalam praktek panjang theoritis tersebut harus
diberikan koreksi yang dinamakan koreksi lingkungan.
Penyesuaian dengan lingkungan itu dilakukan dengan metoda trial and error. Metoda trial and error adalah suatu metoda ilmiah yang digunakan apabila ada dua variabel yang saling tergantung atau bila ada beberapa variabel yang tidak dapat diukur besarnya.
Penyesuaian dengan lingkungan itu dilakukan dengan metoda trial and error. Metoda trial and error adalah suatu metoda ilmiah yang digunakan apabila ada dua variabel yang saling tergantung atau bila ada beberapa variabel yang tidak dapat diukur besarnya.
6.7. Beban Antena
Beban antena akan menggunakan sebuah sistem antena untuk
dipancarkan pada beberapa frekuensi yang berbeda. Setelah itu, antena harus
selalu dalam beresonansi. Secara phisik diluar akan terjadi perubahan yang
secara listrik semakin baik. Untuk mengubah masukan sebagai antena seri.
Pengubahan ukuran sebuah antena, dapat juga memasukan induktor atau kapasitor
yang dipasang secara seri dengan antena.
Perubahan
sepanjang kelistrikan yang merupakan metode yang dikenal dengan Lumped-Impedance
Tuning or Loading. Jika antena sangat pendek dan bekerja pada panjang gelombang
yang sedang digunakan, maka hal tersebut akan memberikan resonansi pada
frekuensi tinggi. Sehingga antena tersebut akan menyediakan kapasitive
reaktansi yang dapat dikompensasi dengan memperkenalkan lumoed induktive
reaktansi.
6.8. Pengaruh Tanah
Ground memberikan pengaruh losses untuk beberapa
frekuensi. Seperti losses dapat segera direduksi jika antena disambungkan
dengan baik dengan ground, yang telah disediakan di alam sekitarnya. Ini
merupakan tujuan dari ground screen dan Counterpoise. Ground screen seperti sebuah konduktor yang diatur pada
bentuk radial dari sebuah konduktor seri.
Panjang konduktor masing-masing biasanya ½ dari gelombang
panjangnya. Ground screen pada gambar 6.15. merupakan komposisi dengan
konduktor seri yang diatur dalam radial patern dan disembunyikan dalam 1-3 feed
di bawah permukaan tanah. Konduktor ini masing-masing memiliki ½ panjang
gelombang, dengan menghilangkan ground losess setelah sampai tertinggal
tiap-tiap losessnya dalam penyebaran antena.
6.9. Antena Very Low Frequency
Kesulitan utama dalam VLF dan LF adalah desain antena
yang secara phisik mempunyai ukuran yang sangat besar dimana ukuran dari sebuah
antena dan panjang gelombang frekuensi yang harus kurang dari frekuensi yang
akan ditransmisikan.
Ukuran antena ini menjadi besar untuk melakukan
kompensasi panjang gelombang dan penanganan daya yang digunakan (0.25 MW sampai
2 MW), pemancaran antena untuk VLF juga harus menggunakan tower 600 sampai
dengan 1500 feet tingginya, sangat mahal untuk kapasitif loading dan sistem
cooper ground untuk mereduksi kerugian gelombang tanah. Kapasitif loading
menaikkan karakteristik bandwith, sedangkan antena ground plane meningkatkan
efisiensi radiasinya.
Bentuk konfigurasi antena dapat ditunjukan pada gambar di
bawah. Variasi dasar ini digunakan secara umum oleh Navy VLF sites.
a. Antena Triaktic Pandangan sisi atas
b. Antena Triaktic Pandangan sisi samping
6.10. Antena Low Frequency
Antena yang digunakan pada LF juga mempunyai ukuran yang
besar seperti halnya pada frekuensi VLF. Antena Pan Polar seperti halnya payung yang dibebankan
pada satu penyangga tunggal. Antena polar mempunyai tiga beban loop space
dengan sudut 120 derajat yang bagian atasnya disambung. Dua buah terminal loop
yang diterminalkan pada ground, sedangkan lainnya menggunakan feed.
NORD antena
menitik beratkan pada prinsip foldedunipole, yaitu sebuah tower vertikal
radiator yang ditanahkan pada sebuah titik dan digabungkan menjadi satu atau
lebih gabungan kawat pada titik atas tower.
Ketiga beban yang berasal dari atas sambugan tower
dibentangan ke segala arah sebesar 120 derajat sehingga membentuk tiga
terminasi tower. Tiap-tiap beban kawat mempunyai panjang kira-kira sama dengan
tinggi tower ditambah 100 kaki. Pada beban atas kawat harus diisolasi dari
tanah dengan tower tersebut.
6.11. Antena High Frequency
Sistem antena radio High Frequency (HF) digunakan untuk
mendukung beberapa banyak perbedaan dari rangkaian yang berbeda termasuk
ship-to-shore, point-to-point, dan ground-to-air. Aplikasi yang berbeda-beda
membutuhkan sejumlah antena yang beraneka ragam jenisnya yang akan dijelaskan
pada bagian ini.
6.11.1. Antena Yagi
Antena pengarah dalam tulisan ini adalah antena Yagi.
Antena ini ditemukan oleh Dr. H. Yagi dari Tokyo Univesity pada tahun 1926.
Antena Yagi yang paling sederhana adalah antena 2 elemen yang terdiri atas satu
radiator atau driven elemen dan satu elemen parasitik sebagai director dengan
spacing sekitar 0.1 .. Power gain dapat mencapai sekitar 5 dB dengn front to
back ratio sebesar 7 sampai 15 dB. Gain akan menjadi sedikit lebih rendah
apabila parasitik elemen tersebut dipasang sebagai reflektor.
Untuk band-band 10 atau 30 meter, bahan elemen dapat dari
tubing aluminium. Akan tetapi untuk band 160 meter atau 80 meter, tubing
aluminium menjadi tidak praktis karena terlalu panjang sehingga kurang kuat,
lebih praktis digunakan kawat dengan konsekuensi tidak dapat diputar arah.
Panjang elemen Yagi dipengaruhi oleh diameter elemen dan
adanya sambungan-sambungan, baik diameter elemen maupun
banyaknya sambungan akan memberikan pengaruh terhadap kapasitansi antar elemen,
seperti diketahui bahwa dua logam yang terletak sejajar tersebut akan merupakan
suatu kapasitor.
Rumus perkiraan untuk menghitung panjang elemen dan
spacing antena Yagi dua elemen adalah sebagai berikut:
Driven elemen 145/f (MHz) meter.
Director 137/f (MHz) meter.
Spacing 36.6/f (MHz) meter
Elemen antena Yagi untuk band 20, 17, 15, 12 dan 10 meter
lebih praktis dibuat dari bahan tubing aluminium, sehingga dapat diputar-putar
dengan menggunakan rotator yang digerakkan dengan listrik atau rotator yang
digerakkan dengan tangan.
Tubing yang diperlukan untuk membuat antena ini adalah tubing aluminium yang tebal yang disusun secara teleskopik, yaitu ditengah diameter besar, makin ke ujung diameter makin mengecil, agar antena tersebut tidak menjadi terlalu melengkung ke bawah pada ujung-ujungnya.
Tubing yang diperlukan untuk membuat antena ini adalah tubing aluminium yang tebal yang disusun secara teleskopik, yaitu ditengah diameter besar, makin ke ujung diameter makin mengecil, agar antena tersebut tidak menjadi terlalu melengkung ke bawah pada ujung-ujungnya.
Untuk antena 10 meter, elemen dapat dibuat dari tubing
diameter ½ inch dan ¾ inch, untuk 20 meter dengan diameter ¼, ½ h, ¾ dan 1
inch. Mengenai diameter tubing dapat dicoba-coba sendiri sehingga didapatkan
performance yang cukup baik.
Antena untuk band-band 20 sampai 10 meter dapat dibuat
dengan 3 elemen, yaitu driven elemen, satu reflektor dan satu director. Power
gain antena tergantung pada spacing antar elemen, dengan spacing 0.15 . antena
ini diharapkan akan memeberikan gain sebesar sekitar 8 dB dengan front to back
ratio antara 10 sampai dengan 25 dB.
Panjang elemen dan spacing antar elemen dapat
diperhitungkan dengan rumus sebagai berikut ini :
Reflektor 153/f (MHz) meter.
Driven 144 / f (MHz) meter.
Director 137 / f (MHz) meter.
Spacing 36.6 / f (MHz) meter
Elemen antena Yagi di atas masih dapat ditambah lagi
menjadi 4 elemen dengan menambahkan satu director akan tetapi panjang elemennya
perlu diubah. Seperti telah diutarakan di atas, power gain antena tergantung
pada spacing antar elemen atau dapat dikatakan panjang boomnya.
Dengan panjang boom 0.45 . antena 4 elemen, antena Yagi
diharapkan akan memberikan gain sebesar sekitar 9.5 dB sampai 10 dB dengan
front to back ratio antara 15 sampai 25 dB. Apabila kita perhatikan antara
penambahan jumlah elemen dan tambahan power gainnya, maka terlihat bahwa antena
dengan 3 elemen dapat dipandang merupakan jumlah elemen yang paling optimal.
Tambahan jumlah elemen berikutnya makin tidak memberikan angka yang berarti.
Untuk antena Yagi empat elemen, perhitungan panjang elemen serta spacingnya
dapat menggunakan tabel sebagai berikut :
Reflektor 153 / f (MHz) meter.
Driven 144 / f (MHz) meter.
Director 1 137 / f (MHz) meter.
Director 2 135 / f (MHz) meter.
Spacing 36.6 / f (MHz) meter
Perlu diperhatikan sekali lagi bahwa diameter tubing,
panjang masing-masing bagian elemen, serta ketinggian antena akan sangat
berpengaruh terhadap kepanjangan elemen Yagi. Rumus tersebut di atas akan
memberikan panjang theoritis yang masih perlu koreksi lingkungan.
Dalam praktek
di lapangan, praktisi radio diharapkan mengadakan banyak percobaan, sehingga
akan didapatkan hasil yang paling baik disesuaikan dengan bahan yang
dipergunakan serta kondisi lingkungan ditempat masing-masing.
Suatu antena yang sudah diset baik di suatu lokasi, bila dipasang di lain
lokasi bisa menjadi kurang baik.
6.11.2. Antena Very High Frequency
Di tempat-tempat terpencil atau dalam keadaan darurat
sering diperlukan daya improvisasi untuk membuat antena dari bahan-bahan yang
terdapat disekeliling kita. Antena sederhana ini dapat dibuat dari bahan
sembarang logam yang bisa didapatkan misalnya sepotong kawat jemuran atau
sepotong pipa kecil bekas rak piring atau sebatang ruji sepeda. Untuk antena
VHF 2 meteran, konfigurasi antena yang digunakan adalah vertikal, untuk
memperoleh polarisasi vertikal.
Batang logam yang didapat tersebut dipotong sepanjang ¼
Lambda dan disambung dengan inner dari coaxial cable. Antena semacam ini sudah
dapat digunakan dengan cukup bagus. Untuk lebih sempurna dapat ditambahkan
ground plane yang dihubungkan dengan outer dari coaxial cable 3 atau 4 biji
dipasang horizontal.
Panjang masing-masing ground plane ¼ lambda, antena
semacam ini disebut antena ground plane. Kecuali antena ground plane, antena
VHF sederhana yang lain adalah antena dipole yang dipasang vertikal. Pada
antena ini arah dipole atau coax jangan sampai sejajar dengan dipole.
6.11.3. Antena Yagi untuk band VHF
Antena Yagi untuk Band VHF biasanya elemen dibuat lebih
banyak untuk mendapatkan gain yang memuaskan penggunanya. Walaupun disadari
bahwa penambahan director makin banyak makin memberikan tambahan gain yang
makin kecil, akan tetapi karena ujud fisik antena tersebut kecil dan ringan,
maka penambahan elemen yang banyak tidak mempunyai dampak buruk bagi ketahanan
boom dan ketahanan terhadap tiupan angin serta jumlah bahan yang dipakai.
Seperti halnya dengan antena Yagi untuk HF, maka driven
element dapat berupa dipole, akan tetapi kebanyakan menggunakan gamma matching
device. Untuk VHF, konfigurasi elemen-elemennya dibuat tegak untuk mendapatkan
polarisasi vertikal. Yang perlu diperhatikan disini adalah feeder line harus
diatur sedemikian sehingga tegak lurus dengan arah bentangan elemen.
Feeder
line dapat ditarik kearah belakang mengikuti boom atau dapat juga ditarik tegak
lurus dengan boom dan tegak lurus pula dengan bentangan elemen. Gambar 8 adalah
suatu contoh antena Yagi untuk VHF 2 meter dengan 7 elemen, terdiri atas driven
element, reflektor dan 5 buah director.
6.12. Rangkuman
Dari uraian tersebut diatas maka dapat ambil inti
pembahasan pada bagian ini yakni sebagai berikut :
1.
Antena teknik
informasi dapat diartikan bahwa antena mempunyai tugas menyelusuri jejak
gelombang elektromagnetik, hal ini jika antena berfungsi sebagai penerima,
sedangkan jika sebagai pemancar maka tugas antena tersebut adalah menghasilkan
sinyal gelombang elektromagnetik.
2. Secara phisik ukuran
sebuah antena harus proporsional dengan panjang gelombang. Semakin tinggi
frekuensi yang digunakan maka akan semakin kecil ukuran antena yang digunakan.
3. Antena pemancar
dibagi menjadi dua klasifikasi dasar yaitu: Antena Hertz (half-wave) dan
Antena Marconi (quarter-wave).
6.13. Soal Latihan
Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan baik dan benar.
1.
Apa yang dimaksud
dengan antena telekomunikasi.
2.
Sebutkan fungsi
antena dalam sistem telekomunikasi.
3.
Sebutkan sifat-sifat
antena telekomunikasi yang ideal.
4. Jika diketahui
kecepatan rambat gelombang sebesar 300.000 km/detik, sedangkan frekuensi
pemancar sebesar 1,5 MHz, berapa panjang gelombang pada pemancar tersebut.
5. Tentukan jarak
maksimum antara dua antena supaya dapat berhubungan secara LOS, jika tinggi
antena adalah pemancar 100 feet dan penerima 50 feet.
Belum ada tanggapan untuk "Antena Telekomunikasi, Materi Teknik Telekomunikasi SMK Paling Lengkap"
Post a Comment