Magang sebagai Jembatan Mobilitas Sosial dari
Petani menjadi Perajin
I. Pendahuluan
Perajin sering dipandang memiliki status sosial yang
lebih tinggi daripada petani. Hal ini disepembahasankan adanya anggapan bahwa
seorang perajin biasanya bekerja di dalam rumah, terlindung dari terik sinar
matahari sehingga suasananya tampak nyaman.
Sebaliknya, petani harus bekerja di sawah, di bawah
sengatan sinar matahari, dan kadang harus bergumul dengan kotoran-kotoran yang
berbau tidak sedap. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika sebagian masyarakat
pedesaan masih menganggap bahwa pekerjaan perajin lebih berprestasi daripada
petani meskipun hanya menjadi perajin industri kecil dengan skala usaha yang
masih terbatas.
Lapangan pekerjaan di sektor industri kecil yang makin
terbuka menyepembahasankan terjadinya mobilitas sosial dari petani menjadi
perajin. Meskipun sebenarnya mereka belum memiliki keahlian yang memadai,
terlebih lagi tingkat pendidikan mereka sebagian besar (73%) masih
berpendidikan SD ke bawah. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa
produktivitas kerja dan hasil yang mereka peroleh masih rendah.
Berkaitan dengan hal di atas, perlu diadakan penelitian
yang saksama mengenai mobilitas sosial dan petani menjadi perajin. Dalam
laporan ini, objek penelitiannya adalah masyarakat pedesaan di sekitar Surakarta, Jawa Tengah.
II. Tujuan Penelitian
1.
Menelaah penyepembahasan
terjadinya mobilitas sosial dari petani menjadi perajin
2.
Memberikan penyadaran
pada masyarakat dampak industrialisasi
III. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan survei secara
kualitatif dengan cara melakukan wawancara dengan narasumber. Digunakannya
metodologi kualitatif agar hasil yang dicapai benar-benar akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Adapun langkah-langkah kerjanya sebagai berikut:
1.
Menentukan objek
penelitian
2.
Melakukan wawancara
dengan narasumber
3.
Mengklasifikasi
masalah
4.
Merumuskan masalah
5.
Memberikan
solusi/simpulan
IV. Hasil Penelitian
Berdasarkan survei yang telah dilakukan, ada beberapa faktor
yang menyepembahasankan mobilitas sosial dari petani menjadi perajin melalui
proses magang sebagai berikut:
1.
Pengaruh media masa
Media massa baik berupa media elektronik
maupun cetak telah membawa pengaruh yang besar terhadap pola pikir masyarakat
pedesaan. Selama ini, media massa selalu mengangkat kesuksesan-kesuksesan
seorang perajin. Dengan demikian, lambat laun opini publik
tersebut akhirnya mendorong keinginan petani untuk menjadi perajin.
2.
Dukungan sosial
keluarga dan masyarakat
Keluarga, kerabat dekat, dan komunitas yang
melatari kehidupan petani sering memberikan saran dan harapan yang besar untuk
menjadi perajin. Mereka selalu memandang orang-orang yang telah sukses berkat
usaha menjadi seorang perajin industri kecil meskipun mereka masih berstatus
magang atau buruh kontrak.
3.
Sistem perekonomian
Indonesia yang lebih mengutamakan sektor industri daripada pertanian Perekonomian negara kita yang terbawa arus globalisasi dan kepentingan neoliberalisme (para pemilik modal) telah mendorong lajunya industrialisasi. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa investasi yang mereka tanamkan lebih mengarah pada sektor industri.
Indonesia yang lebih mengutamakan sektor industri daripada pertanian Perekonomian negara kita yang terbawa arus globalisasi dan kepentingan neoliberalisme (para pemilik modal) telah mendorong lajunya industrialisasi. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa investasi yang mereka tanamkan lebih mengarah pada sektor industri.
4.
Tingkat pendidikan
yang rendah
Rendahnya tingkat pendidikan mereka dan
keahlian yang belum memadai membuat mereka tidak memiliki sistem kontrol diri
yang kuat. Konsep diri yang lemah ini menyepembahasankan mereka mudah terbawa
arus zaman.
V. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
ada beberapa faktor yang menyepembahasankan para petani melakukan mobilitas
sosial menjadi perajin. Jika tidak ada suatu program penyadaran baik dari
pemerintah maupun masyarakat setempat, dapat dipastikan hasil produksi
pertanian akan makin berkurang sehingga negara pun akan mengimpor beras dari
luar negeri.
Akhirnya, diharapkan penelitian ini mampu memberikan
penyadaran pada masyarakat dan dapat menjadi masukan untuk pihak-pihak yang
berwenang memberikan kebajikan. Pihak-pihak tersebut misalnya para dewan
legislatif dan eksekutif supaya memberikan arahan dan rencana pembangunan yang
lebih berpihak pada sektor pertanian, terutama masyarakat miskin pedesaan.
(Sumber : Rank Karsidi, Paedagogia Jilid 3, Nomor 1)
Belum ada tanggapan untuk "Contoh Laporan Ilmiah Sederhana: Laporan Penelitian"
Post a Comment