Alam
Indonesia dikenal sangat indah dan kaya akan berbagai sumber daya alam. Tidak
heran jika banyak wisatawan dari berbagai negara tertarik dan datang ke
Indonesia. Kegiatan pariwisata pun berkembang di sejumlah wilayah seperti Bali,
Yogyakarta, Lombok, dan lain-lain
sehingga mendatangkan keuntungan ekonomi yang tidak sedikit. Pernahkah
kamu datang ke tempat-tempat wisata di daerah tersebut?
Jika
memungkinkan, berwisatalah ke daerah wisata di Indonesia sebelum berwisata ke
negara lain.
Keindahan
alam Indonesia dapat kamu nikmati juga di wilayah tempat tinggalmu.
Lihatlah indahnya pemandangan yang Tuhan
telah berikan pada kita semua berupa hutan, sungai, danau, gunung dan
pegunungan yang tampak memesona. Ingatlah, keindahan tersebut tidak semua
negara memilikinya. Banyak negara yang sebagian wilayahnya hanya berupa padang
pasir, hamparan es, padang rumput, dan lain-lain. Perhatikanlah betapa indahnya
alam Indonesia seperti yang tampak pada Gambar 1.3.
Keadaan
alam Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu keadaan fisik
wilayah serta keadaan flora dan fauna. Keadaan fisik wilayah terdiri atas
keadaan iklim dan keadaan bentuk permukaan bumi (kondisi fisografis) yang
kemudian akan menentukan jenis tanahnya. Sementara keadaan flora dan fauna
menyangkut jenis keragaman dan sebarannya.
1.
Keadaan Iklim
Indonesia
Letak
astronomis Indonesia yang berada di wilayah tropis membuat Indonesia beriklim
tropis. Apa yang menjadi ciri iklim di daerah tropis? Ciri iklim tropis adalah
suhu udara yang tinggi sepanjang tahun, dengan rata-rata tidak kurang dari 18O
C, yaitu sekitar 27O C. Di daerah tropis, tidak ada perbedaan yang jauh atau
berarti antara suhu pada musim hujan dan suhu pada musim kemarau. Kondisi ini
berbeda dengan daerah lintang sedang yang suhunya berbeda sangat jauh antara
musim dingin dan musim panas.
Suhu
pada musim dingin dapat mencapai sekitar -20O C atau lebih, sedangkan pada saat
musim panas dapat mencapai sekitar 40O C atau lebih.
Ciri
daerah tropis lainnya adalah lama siang dan lama malam hampir sama yaitu
sekitar 12 jam siang dan 12 jam malam.
Secara
umum, keadaan iklim di Indonesia dipengaruhi oleh tiga jenis iklim, yaitu iklim
musim, iklim laut, dan iklim panas. Gambaran tentang ketiga jenis iklim tersebut
adalah seperti berikut:
1. Iklim musim, dipengaruhi oleh angin
musim yang berubah-ubah setiap periode waktu tertentu. Biasanya satu periode
perubahan adalah enam bulan.
2. Iklim laut, terjadi karena Indonesia
memiliki wilayah laut yang luas sehingga banyak menimbulkan penguapan dan
akhirnya mengakibatkan terjadinya hujan.
3. Iklim panas, terjadi karena Indonesia
berada di daerah tropis. Suhu yang tinggi mengakibatkan penguapan yang tinggi
dan berpotensi untuk terjadinya hujan.
Ketiga
jenis iklim tersebut berdampak pada tingginya curah hujan di Indonesia. Curah
hujan di Indonesia bervariasi antarwilayah, tetapi umumnya sekitar 2.500
mm/tahun. Walaupun angka curah hujan bervariasi antarwilyah di Indonesia,
tetapi pada umumnya curah hujan tergolong besar. Kondisi curah hujan yang besar
ditunjang dengan penyinaran matahari yang cukup membuat Indonesia sangat cocok
untuk kegiatan pertanian sehingga mampu memenuhi kebutuhan penduduk akan
pangan.
Hal
yang menarik bagi Indonesia adalah terjadinya angin muson. Angin muson adalah
angin yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara antara samudra dan
benua.
Pada
saat samudra menerima penyinaran matahari, diperlukan waktu yang lebih lama
untuk memanaskan samudra.
Sementara
itu, benua lebih cepat menerima panas. Akibatnya, samudra bertekanan lebih
tinggi dibandingkan dengan benua, maka bergeraklah udara dari samudra ke benua.
Pada
saat musim hujan di Indonesia (Oktober sampai April), angin muson yang bergerak
dari Samudra Pasifik menuju wilayah Indonesia dibelokkan oleh gaya corioli
sehingga berubah arahnya menjadi angin barat atau disebut angin muson barat.
Pada
saat bergerak menuju wilayah Indonesia, angin muson dari Samudra Pasifik telah
membawa banyak uap air sehingga diturunkan sebagai hujan di Indonesia.
Perhatikan Gambar 1.4 pada halaman sebelumnya untuk melihat pola pergerakan
angin muson barat.
Peristiwa
sebaliknya terjadi pada saat musim kemarau (Mei sampai September). Pada saat
itu, angin muson dari Benua Australia atau disebut angin timur yang bertekanan
maksimun bergerak menuju Benua Asia yang bertekanan minimum melalui wilayah
Indonesia. Karena Benua Australia sekitar 2/3 wilayahnya berupa gurun, udara
yang bergerak tadi relatif sedikit uap air yang dikandungnya. Selain itu, udara
tadi hanya melewati wilayah lautan yang sempit antara Australia dan Indonesia
sehingga sedikit pula uap yang dikandungnya. Pada saat itu, di Indonesia
terjadi musim kemarau. Perhatikan Gambar 1.5 untuk melihat arah pergerakan
angin muson timur.
Pada
musim hujan, petani Indonesia mulai mengerjakan lahannya untuk bercocok tanam.
Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman yang membutuhkan air pada awal
pertumbuhannya, contohnya padi. Sementara itu, nelayan Indonesia justru
mengurangi kegiatan melaut karena biasanya pada musim hujan sering terjadi
cuaca buruk dan gelombang laut cukup besar sehingga membahayakan mereka. Ikan
juga lebih sulit ditangkap sehingga terjadi kelangkaan pasokan ikan dan
akibatnya harga ikan lebih mahal daripada biasanya. Musim hujan tentu tidak
banyak berpengaruh pada aktivitas masyarakat Indonesia yang pekerjaannya tidak
berhubungan langsung dengan alam, misalnya pegawai atau karyawan.
Pada
saat musim kemarau, sebagian petani terpaksa membiarkan lahannya tidak ditanami
karena tidak ada pasokan air.
Sebagian
lainnya masih dapat bercocok tanam dengan memanfaatkan air dari sungai, saluran
irigasi atau memanfaatkan sumber buatan.
Ada
pula petani yang berupaya bercocok tanam walaupun tidak ada air yang cukup
dengan memilih jenis tanaman atau varietas yang tidak memerlukan banyak air.
Pada saat musim kemarau, nelayan dapat mencari ikan di laut tanpa banyak
terganggu oleh cuaca buruk. Hasil tangkapan ikan juga biasanya lebih besar
dibandingkan dengan hasil tangkapan pada musim hujan sehingga pasokan ikan juga
cukup berlimpah.
Pola
angin muson yang bergerak menuju wilayah Indonesia pada saat angin barat
dimanfaatkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia untuk melakukan perpindahan
atau migrasi dari Asia ke berbagai wilayah di Indonesia. Perahu yang digunakan untuk
melakukan migrasi tersebut masih sangat sederhana dan pada saat itu masih
mengandalkan kekuatan angin sehingga arah gerakannya mengikuti arah gerakan
angin muson.
Keadaan
iklim pada saat nenek moyang datang ke Indonesia tentu berbeda dengan keadaan
iklim saat ini. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa keadaan curah hujan
saat ini tergolong tinggi, tetapi tidak merata. Ada wilayah dengan curah hujan
yang tinggi, tetapi juga ada yang sebaliknya. Untuk mengetahui sebaran curah
hujan di Indonesia dapat dilihat pada peta 1.6 berikut ini.
Perhatikanlah
sebaran curah hujan pada Gambar 1.6. Untuk memperoleh informasi tentang
intensitas curah hujan, kamu dapat melihat legenda atau keterangan peta. Warna
hijau menunjukkan curah hujan kurang dari 1.000 mm/tahun, warna ungu
menunjukkan curah hujan 1.000 - 4.000 mm/tahun, dan warna kuning menunjukkan
curah hujan lebih dari 4.000 mm/tahun.
2.
Bentuk Muka Bumi dan
Aktivitas Penduduk Indonesia
Indonesia
terdiri atas belasan ribu pulau, baik yang berukuran besar maupun yang
berukuran kecil. Jumlah pulau seluruhnya mencapai 13.466 buah. Luas wilayah
Indonesia mencapai 5.180.053 km2, terdiri atas daratan seluas 1.922.570 km2 dan
lautan seluas 3.257.483 km2. Ini berarti wilayah lautannya lebih luas daripada
wilayah daratannya.
Jika
kamu perhatikan keadaan pulau-pulau di Indonesia, tampak adanya keragaman
bentuk muka bumi. Bentuk muka bumi Indonesia dapat dibedakan menjadi dataran
rendah, dataran tinggi, bukit, gunung, dan pegunungan. Sebaran dari bentuk muka
bumi Indonesia tersebut dapat dilihat pada peta sebaran bentuk muka bumi atau
peta fisiografi Indonesia (Gambar 1.7).
Pada
peta fisiografi, tampak sebaran bentuk muka bumi Indonesia mulai dataran rendah
sampai pegunungan. Untuk membaca peta tersebut, perhatikanlah legenda atau
keterangan peta. Simbol berwarna kuning menunjukkan dataran rendah, warna hijau
menunjukkan daerah perbukitan, warna cokelat menunjukkan pegunungan.
Setelah
kamu berdiskusi secara berkelompok, apakah kamu menemukan pengaruh keragaman
bentuk muka bumi Indonesia terhadap keragaman aktivitas penduduknya? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, perhatikanlah lingkungan sekitar tempat tinggal
kamu masing-masing! Seperti apakah bentuk muka bumi tempat kamu tinggal saat
ini? Aktivitas apakah yang dominan berlangsung di sekitar tempat tinggalmu,
apakah permukiman, industri, pertanian, atau yang lainnya? Bandingkanlah dengan
keadaan bentuk muka bumi di daerah lainnya yang berbeda dengan keadaan bentuk
muka bumi di sekitar tempat tinggalmu! Apakah terdapat perbedaan aktivitas
penduduknya?
Secara
umum, setiap bentuk muka bumi menunjukkan pola aktivitas penduduk yang berbeda
antara satu daerah dan daerah lainnya. Adapun gambaran tentang keadaan muka
bumi Indonesia dan aktivitas penduduknya adalah sebagai berikut:
a.
Dataran Rendah
Dataran
rendah adalah bagian dari permukaan bumi dengan letak ketinggian 0-200 m di
atas permukaan air laut (dpal). Di daerah dataran rendah, aktivitas yang
dominan adalah aktivitas permukiman dan pertanian. Di daerah ini biasanya terjadi
aktivitas pertanian dalam skala luas dan pemusatan penduduk yang besar. Di
Pulau Jawa, penduduk memanfaatkan lahan dataran rendah untuk menanam padi,
sehingga pulau Jawa menjadi sentra penghasil padi terbesar di Indonesia. Ada
beberapa alasan terjadinya aktivitas pertanian dan permukiman di daerah dataran
rendah, yaitu seperti berikut:
1) Di daerah dataran rendah, penduduk
mudah melakukan pergerakan atau mobilitas dari satu tempat ke tempat lainnya.
2)
Di daerah dataran rendah, banyak
dijumpai lahan subur karena biasanya berupa tanah hasil endapan yang subur atau
disebut tanah alluvial.
3)
Dataran rendah dekat dengan pantai,
sehingga banyak penduduk yang bekerja sebagai nelayan.
4) Daerah dataran rendah memudahkan
penduduk untuk berhubungan dengan dunia luar melalui jalur laut.
Dengan
berbagai keuntungan tersebut, banyak penduduk bermukim di dataran rendah.
Pemusatan penduduk di dataran rendah kemudian berkembang menjadi daerah
perkotaan. Sebagian besar daerah perkotaan di Indonesia, bahkan dunia, terdapat
di dataran rendah.
Aktivitas
pertanian di dataran rendah umumnya adalah aktivitas pertanian lahan basah.
Aktivitas pertanian lahan basah dilakukan di daerah yang sumber airnya cukup
tersedia untuk mengairi lahan pertanian. Lahan basah umumnya dimanfaatkan untuk
tanaman padi yang dikenal dengan pertanian sawah.
Selain
memiliki aktivitas penduduk tertentu yang dominan berkembang, dataran rendah
juga memiliki potensi bencana alam. Bencana alam yang berpotensi terjadi di
dataran rendah adalah banjir, tsunami, dan gempa.
Banjir
di dataran rendah terjadi karena aliran air sungai yang tidak mampu lagi
ditampung oleh alur sungai. Tidak mampunya sungai menampung aliran air dapat
terjadi karena aliran air dari daerah hulu yang terlalu besar, pendangkalan
sungai, penyempitan alur sungai, atau banyaknya sampah di sungai yang
menghambat aliran sungai.
Bencana
banjir memiliki beberapa tanda yang dapat kita lihat. Secara umum, tanda-tanda
tersebut antara lain sebagai berikut :
1) Terjadinya hujan dengan intensitas
curah hujan yang tinggi tanpa disertai dengan proses infiltrasi/penyerapan yang
baik.
2)
Air melebihi batas sempadan sungai
sehingga meluap dan menggenangi daerah sekitarnya.
3) Air yang jatuh ke permukaan tidak
dapat mengalir dengan baik karena saluran drainase yang ada tidak berfungsi
dengan baik sehingga air tersumbat dan tidak dapat mengalir dengan baik.
4)
Air tidak menyerap ke dalam tanah
karena berkurangnya vegetasi sebagai penyerap atau penyimpan air.
Pantai
merupakan bagian dari dataran rendah yang berbatasan dengan laut. Di daerah
pantai, ancaman bencana yang mengancam penduduk adalah tsunami. Apa yang
sebaiknya dilakukan untuk menghindari bahaya tsunami? Kamu sebaiknya menyiapkan
diri terhadap kemungkinan terjadinya tsunami dengan memperhatikan hal-hal berikut
ini:
Ø Jika
kamu tinggal di daerah pantai dan merasakan adanya gempa kuat yang disertai dengan suara ledakan di laut,
sebaiknya kamu bersiap-siap untuk menghadapi kemungkinan terjadinya tsunami.
Segera tinggalkan daratan pantai tempat kamu tinggal jika gempa kuat terjadi.
Ø Jika
kamu melihat air pantai mendadak surut sehingga
dasar laut tampak jelas, segera jauhi pantai karena hal itu merupakan peringatan alam bahwa akan
terjadi tsunami.
Ø Tanda-tanda
alam lainnya kadang terjadi seperti
banyaknya ikan di pantai dan tiba-tiba banyak terdapat burung.
Ø Seringkali
gelombang tsunami yang kecil disusul oleh
gelombang raksasa di belakangnya. Oleh karena itu, kamu harus waspada.
Ø Lembaga
pemerintah yang berwenang biasanya selalu memantau kemungkinan terjadinya
tsunami. Oleh karena itu, jika belum ada pernyataan “keadaan aman”, kamu
sebaiknya tetap menjauhi pantai.
Potensi
bencana yang juga mengancam daerah pantai adalah gempa. Sebenarnya tidak semua
wilayah pantai di Indonesia berpotensi gempa. Pantai barat Sumatra, pantai
selatan Jawa sampai Nusa Tenggara berpotensi gempa. Pantai di Pulau Kalimantan
relatif aman dari gempa karena jauh dari pusat gempa. Wilayah lainnya adalah
Sulawesi, Maluku, Papua, dan sejumlah pulau lainnya. Ancaman gempa juga dapat
terjadi di daerah perbukitan dan pegunungan.
b.
Bukit dan Perbukitan
Bukit
adalah bagian dari permukaan bumi yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah
sekitarnya dengan ketinggian kurang dari 600 m dpal. Bukit tidak tampak curam
seperti halnya gunung. Perbukitan berarti kumpulan dari sejumlah bukit pada
suatu wilayah tertentu.
Di
daerah perbukitan, aktivitas permukiman tidak seperti di dataran rendah.
Permukiman tersebar pada daerah-daerah tertentu atau membentuk
kelompok-kelompok kecil. Penduduk memanfaatkan lahan datar yang luasnya
terbatas di antara perbukitan. Permukiman umumnya dibangun di kaki atau lembah
perbukitan karena biasanya di tempat tersebut ditemukan sumber air berupa mata
air atau sungai.
Aktivitas
ekonomi, khususnya pertanian, dilakukan dengan memanfaatkan lahan-lahan dengan
kemiringan lereng tertentu. Untuk memudahkan penanaman, penduduk menggunakan
teknik sengkedan dengan memotong bagian lereng tertentu agar menjadi datar.
Teknik ini kemudian juga bermanfaat mengurangi erosi atau pengikisan oleh air.
Aktivitas
pertanian di daerah perbukitan, pada umumnya pertanian lahan kering. Pertanian
lahan kering merupakan pertanian yang dilakukan di wilayah yang pasokan airnya
terbatas atau hanya mengandalkan air hujan. Istilah pertanian lahan kering sama
dengan ladang atau huma yang dilakukan secara menetap maupun berpindah-pindah
seperti di Kalimantan.
Tanaman
yang ditanam umumnya adalah umbi-umbian atau palawija dan tanaman tahunan (kayu
dan buah-buahan). Pada bagian lereng yang masih landai dan lembah perbukitan,
sebagian penduduk juga memanfaatkan lahannya untuk tanaman padi.
Daerah
perbukitan sulit berkembang menjadi sebuah pusat aktivitas perekonomian, karena
mobilitas manusia tidak semudah di daerah dataran sehingga pemusatan permukiman
dan industri relatif terbatas. Meskipun demikian, daerah perbukitan dapat
dikembangkan menjadi daerah pariwisata karena panorama alamnya yang indah dan
suhu udaranya yang sejuk. Aktivitas pariwisata yang dapat dikembangkan antara
lain wisata alam yang tujuannya menikmati pemandangan daerah perbukitan yang
indah.
c.
Dataran Tinggi
Dataran
tinggi adalah adalah daerah datar yang memiliki ketinggian lebih dari 400 meter
dpal. Daerah ini memungkinkan mobilitas penduduk berlangsung lancar seperti
halnya di dataran rendah.
Oleh
karena itu, beberapa dataran tinggi di Indonesia berkembang menjadi pemusatan
ekonomi penduduk, contohnya Dataran Tinggi Bandung.
Aktivitas
pertanian juga berkembang di dataran tinggi. Di daerah ini, sebagian penduduk
menanam padi dan beberapa jenis sayuran.
Suhu
yang tidak terlalu panas memungkinkan penduduk menanam beberapa jenis sayuran
seperti tomat dan cabe.
Sejumlah
dataran tinggi menjadi daerah tujuan wisata. Udaranya yang sejuk dan
pemandangan alamnya yang indah menjadi daya tarik penduduk untuk berwisata ke
daerah dataran tinggi. Beberapa dataran tinggi di Indonesia menjadi daerah
tujuan wisata misalnya Bandung dan Dieng.
Potensi
bencana alam di dataran tinggi biasanya adalah banjir. Karena bentuk muka
buminya yang datar, dataran tinggi berpotensi menimbulkan genangan air.
Tanda-tanda bencana banjir dan upaya menghindarinya telah dijelaskan pada
bagian sebelumnya
d.
Gunung dan Pegunungan
Gunung
adalah bagian dari permukaan bumi yang menjulang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya.
Biasanya bagian yang menjulang dalam bentuk puncak-puncak dengan ketinggian 600
meter diatas permukaan laut. Pegunungan adalah bagian dari daratan yang
merupakan kawasan yang terdiri atas deretan gunung-gunung dengan ketinggian
lebih dari 600 meter dpal.
Indonesia
memiliki banyak gunung dan pegunungan. Sebagian
gunung merupakan gunung berapi.
Keberadaan gunung berapi tidak hanya menimbulkan bencana, tetapi juga membawa
manfaat bagi wilayah sekitarnya. Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi
memberikan kesuburan bagi wilayah di sekitarnya.
Hal
itu menjadi salah satu alasan bagi
penduduk untuk tinggal di wilayah sekitar gunung berapi karena lahan
tersebut sangat subur untuk kegiatan pertanian.
Gunung
berapi adalah gunung yang memiliki lubang kepundan atau rekahan dalam kerak
bumi tempat keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan
bumi. Ciri gunung berapi adalah adanya kawah atau rekahan. Sewaktu-waktu gunung
berapi tersebut dapat meletus.
Sebagian
gunung yang ada di Indonesia merupakan gunung berapi yang aktif.
Ciri
gunung berapi yang aktif adalah adanya aktivitas kegunungapian seperti semburan
gas, asap, dan lontaran material dari dalam gunung berapi.
Di
Indonesia, sebagian besar gunung berapi tersebar di sepanjang Pulau Sumatra,
Jawa sampai Nusa Tenggara. Gunung berapi juga banyak ditemui di Pulau Sulawesi
dan Maluku. Beberapa gunung berapi di Nusantara sangat terkenal di dunia karena
letusannya yang sangat dahsyat, yaitu gunung berapi Tambora dan Krakatau.
Penduduk
yang tinggal di gunung atau pegunungan memanfaatkan lahan yang terbatas untuk
pertanian.
Lahan-lahan
dengan kemiringan yang cukup besar masih dimanfaatkan penduduk. Komoditas yang
dikembangkan biasanya adalah sayuran dan buah-buahan.
Sebagian
penduduk memanfaatkan lahan yang miring dengan menanam beberapa jenis kayu
untuk dijual.
Seperti
halnya di daerah perbukitan, aktivitas permukiman sulit dilakukan secara luas.
Hanya pada bagian tertentu saja yang relatif datar dimanfaatkan untuk permukiman.
Permukiman dibangun di daerah yang dekat dengan sumber air, terutama di lereng
bawah atau di kaki gunung.
Selain
pertanian, aktivitas lainnya yang berkembang adalah pariwisata. Pemandangan
alam yang indah dan udaranya yang sejuk menjadi daya tarik wisata.
Keragaman
bentuk muka bumi ternyata diikuti pula oleh keragaman aktivitas penduduk dan
komoditas yang dihasilkannya.
Daerah
pegunungan dan perbukitan pada umumnya menghasilkan produk-produk pertanian
berupa sayuran, buah-buahan, dan palawija.
Daerah
ini memasok kebutuhan penduduk di daerah dataran yang umumnya merupakan
pusat-pusat permukiman penduduk. Sebaliknya, daerah dataran menghasilkan banyak
produk industri yang dikonsumsi oleh daerah lainnya.
Mobilitas
penduduk dan barang terjadi di antara daerah-daerah tersebut karena perbedaan
aktivitas penduduk dan komoditas yang dihasilkannya.
Potensi
bencana alam di daerah pegunungan adalah longsor dan letusan gunung berapi.
Tanda-tanda longsor dan upaya untuk menghindarinya telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya.
3.
Keragaman Flora dan
Fauna di Indonesia
Indonesia
memiliki keragaman flora dan fauna (keanekaragaman hayati) yang sangat besar.
Bahkan, keanekaragaman hayati Indonesia termasuk tiga besar di dunia
bersama-sama dengan Brazil di Amerika Selatan dan Zaire di Afrika. Berdasarkan
data dari Departemen Kehutanan dan Perkebunan, pada tahun 1999 jumlah spesies
tumbuhan di Indonesia mencapai 8.000 spesies yang sudah teridentifikasi dan
jumlah spesies hewan mencapai 2.215 spesies. Spesies hewan terdiri atas 515
mamalia, 60 reptil, 1.519 burung, dan 121 kupu-kupu.
Bagaimanakah
keadaan flora dan fauna pada masa Praaksara di Indonesia? Para arkeolog
berhasil menemukan sejumlah fosil jenis tumbuhan Praaksara, antara lain pohon
jeruk, pohon salam, dan pohon rasamala. Selain itu, ada tumbuh-tumbuhan yang
boleh dimakan seperti jenis umbi-umbian, buah-buahan, dan sayuran.
Tumbuhtumbuhan tersebut tumbuh liar di hutan.
Fosil-fosil
hewan yang ditemukan pada umumnya merupakan hasil evolusi dari hewan-hewan masa
sebelumnya. Kondisi hewan pada zaman Praaksara pada dasarnya tidak banyak
berbeda dengan kondisi saat ini. Hewan-hewan masa Praaksara antara lain kera,
gajah, kerbau liar, badak, banteng, kancil, babi rusa, monyet berekor, hewan
pemakan serangga, trenggiling, dan hewan pengerat. Sebagian dari hewan-hewan
tersebut ada yang menjadi hewan buruan manusia Praaksara. Sebagian hewan punah
karena ditangkap dan dimakan oleh manusia. Sebagian hewan lainnya masih hidup
karena kemampuannya membebaskan dari berbagai gangguan serta dapat menyesuaikan
diri dengan keadaan lingkungannya.
Keanekaragaman
flora dan fauna Indonesia tentunya perlu kita syukuri dengan menjaga dan
melestarikannya. Jika tidak, flora dan fauna tersebut akan terancam punah.
Bangsa Indonesia tentu akan mengalami banyak kerugian karena flora dan fauna
tersebut memiliki fungsi dan peran masing-masing di alam. Di samping itu,
manfaat bagi manusia juga akan hilang jika flora dan fauna tersebut punah.
Besarnya
keanekaragaman hayati di Indonesia berkaitan erat dengan kondisi iklim dan
kondisi fisik wilayah.
Suhu
dan curah hujan yang besar memungkinkan tumbuhnya beragam jenis tumbuhan.
Mengapa demikian? Tumbuhan memerlukan air dan suhu yang sesuai. Makin banyak
air tersedia makin banyak tumbuhan yang dapat tumbuh dan karena itu makin
banyak hewan yang dapat hidup di daerah tersebut.
Bukti
dari pernyataan tersebut dapat kamu bandingkan antara daerah dengan curah hujan
yang tinggi seperti Indonesia dan daerah gurun yang curah hujannya sangat
kecil. Keanekaragaman flora dan fauna Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan
dengan keanekaragaman flora dan fauna daerah gurun.
a.
Persebaran Flora di
Indonesia
Flora
di Indonesia ternyata dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu
Indo-Malayan dan Indo-Australian. Kelompok Indo-Malayan meliputi kawasan
Indonesia Barat. Pulau-pulau yang masuk ke dalam kelompok ini adalah Sumatra,
Kalimantan, Jawa, dan Bali.
Kelompok
Indo-Australian meliputi tumbuhan yang ada kawasan Indonesia Timur. Pulau-pulau
yang termasuk dalam Nusa Tenggara,
Maluku, dan Papua. Perbandingan karakteristik flora yang ada di Indonesia Barat
dan Indonesia Timur adalah sebagai berikut:
Berbagai
jenis flora tersebut telah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, baik
sebagai bahan furniture, bahan bangunan, bahan makanan, dan lain-lain. Sebagai
contoh, rotan banyak dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan kursi, meja,
dan perabotan rumah tangga lainnya. Berbagai jenis kerajinan dihasilkan dengan
memanfaatkan bahan dari rotan. Sentra penghasil produk kerajinan tersebut
banyak berkembang di daerah-daerah tertentu, misalnya di Cirebon dan daerah
lainnya di Pulau Jawa.
b.
Persebaran Fauna
Indonesia
Fauna
Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga corak yang berbeda, yaitu fauna
bagian barat, tengah, dan timur. Garis yang memisahkan fauna Indonesia bagian
Barat dan Tengah dinamakan garis Wallace, sedangkan garis yang memisahkan fauna
Indonesia bagian Tengah dan Timur dinamakan Garis Weber.
Fauna
bagian barat memiliki ciri atau tipe seperti halnya fauna Asia sehingga disebut
tipe Asiatis (Asiatic). Fauna bagian timur memiliki ciri atau tipe yang mirip
dengan fauna yang hidup di Benua Australia sehingga disebut tipe Australis
(Australic). Fauna bagian tengah merupakan fauna peralihan yang ciri atau
tipenya berbeda dengan fauna Asiatis maupun Australis. Faunanya memiliki ciri
tersendiri yang tidak ditemukan di tempat lainnya di Indonesia. Fauna tipe ini
disebut fauna endemik.
1)
Fauna Indonesia
Bagian Barat
Fauna
Indonesia bagian Barat atau tipe asiatis mencakup wilayah Sumatra, Jawa, Bali,
dan Kalimantan. Mamalia berukuran besar banyak ditemui di wilayah ini seperti
gajah, macan, tapir, badak bercula satu, banteng, kerbau, rusa, babi hutan,
orang utan, monyet, bekantan, dan lain-lain. Di samping mamalia, di wilayah ini
banyak pula ditemui reptil seperti ular, buaya, tokek, kadal, tokek, biawak,
bunglon, kura-kura, dan trenggiling. Berbagai jenis burung yang dapat ditemui
seperti burung hantu, gagak, jalak, elang, merak, kutilang, dan berbagai macam
unggas. Berbagai macam ikan air tawar seperti pesut (sejenis lumba-lumba di
Sungai Mahakam) dapat ditemui di wilayah ini. Gambar 1.18 adalah contoh fauna
Indonesia bagian Barat.
2)
Fauna Indonesia
Tengah atau Tipe Peralihan
Fauna
Indonesia Tengah merupakan tipe peralihan atau Austral Asiatic. Wilayah fauna
Indonesia Tengah disebut pula wilayah fauna kepulauan Wallace, mencakup
Sulawesi, Maluku, Timor, dan Nusa Tenggara serta sejumlah pulau kecil di
sekitar pulau-pulau tersebut. Fauna yang menghuni wilayah ini antara lain babi
rusa, anoa, ikan duyung, kuskus, monyet hitam, kuda, sapi, monyet saba,
beruang, tarsius, sapi, dan banteng. Selain itu terdapat pula reptil, amfibi,
dan berbagai jenis burung. Reptil yang terdapat di daerah ini di antaranya
biawak, komodo, buaya, dan ular. Berbagai macam burung yang terdapat di wilayah
ini di antaranya maleo, burung dewata, mandar, raja udang, rangkong, dan
kakatua nuri.
3)
Fauna Indonesia
Bagian Timur
Fauna
Indonesia bagian Timur atau disebut tipe australic tersebar di wilayah Papua,
Halmahera, dan Kepulauan Aru. Fauna berupa mamalia yang menghuni wilayah ini
antara lain kangguru, beruang, walabi, landak irian (nokdiak), kuskus, pemanjat
berkantung (oposum layang), kangguru pohon, dan kelelawar. Di wilayah ini,
tidak ditemukan kera. Di samping mamalia tersebut, terdapat pula reptil seperti
biawak, buaya, ular, kadal. Berbagai jenis burung ditemui di wilayah ini di
antaranya burung cenderawasih, nuri, raja udang, kasuari, dan namudur. Jenis
ikan air tawar yang ada di relatif sedikit.
Belum ada tanggapan untuk "Keadaan Alam Indonesia dan Bagian-Bagiannya"
Post a Comment