Makalah Psikologi Belajar Tentang Konsep Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

BAB 1
PENDAHULUAN

A.  PENDAHULUAN

Belajar adalah syarat mutlak untuk membuat orang pandai dalam semua hal, baik dalam hal ilmu pengetahuan maupun dalam hal bidang keterampilan atau kecakapan Seorang bayi misalnya, dia harus belajar berbagai kecakapan terutama sekali kecakapan motorik seperti belajar menelungkup, duduk, merangkak, berdiri atau berjalan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan banyak kegiatan yang sebenarnya merupakan “gejala belajar” dalam arti mustahillah melakukan kegiatan itu kalau kita tidak belajar terlebih dahulu. Misalnya, kita mengenakan pakaian, menggunakan alat-alat makan, berkomunikasi satu sama lain dalam bahasa nasional, kita bertindak sopan, kita menghormati atasan, kita mengemudikan kendaraan bermotor, dan lain sebagainya. Gejala-gejala belajar semacam itu terlalu banyak untuk disebutkan satu-persatu, karena jumlahnya ribuan, namun mengisi kehidupan sehari-hari.

Belajar merupakan kegiatan manusia untuk merubah dirinya dari ketidak tahuan menjadi tahu, dari ke samaran menjadi jelas, dan tentunya dalam proses pelaksanaan belajar tidak akan terlepas dari pengaruh-pengaruh yang datang sebagai stimulus yang dapat merangsang cepat atau lambatnya bahkan berhasil atau tidaknya sebuah proses belajar

Apa yang menjadikan semua kegiatan itu suatu gejala belajar? Kemampuan untuk melakukan itu semua diperoleh, mengingat mula-mula kemampuan itu belum ada. Maka, terjadilah proses perubahan dari belum mampu ke arah sudah mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu. Adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadinya proses belajar.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Konsep Belajar

Belajar adalah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan dan psikologi belajar. Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi belajarpun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.

Pengertian belajar menurut para ahli:

1.  Moh. Surya: “Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.

2.   Bell-Gredler:“Belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.

3.  Witherington: “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.

4.   Crow & Crow: “Belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.

5.   Hilgard: “Belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”

6.   Di Vesta dan Thompson: “Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.

7. Gage & Berliner: “Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”

8.   James Owhittaker: “Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan).

9.  Syai’ful Bahri Djamarah dalam bukunya “Psikologi Belajar” pengertian belajar adalah serangkai kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

Belajar dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja dengan guru atau tanpa guru, dengan bantuan orang lain, atau tanpa dibantu dengan siapapun. Belajar juga diartikan sebagai usaha untuk membentuk hubungan antara perangsang atau reaksi.

Berbagai definisi (rumusan) tentang belajar telah dikemukakan oleh para ahli, yang semuanya sepakat bahwa belajar itu bertujuan untuk mengadakan perubahan. Jelasnya belajar dapat didefenisikan yaitu: Suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup; perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.

Menurut para pakar psikologi belajar bahwa pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apa pun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Alasannya, sampai batas tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian organisme yang bersangkutan.

Setelah mengetahui defenisi belajar seperti yang telah disebutkan di atas, maka berikut ini akan dikemukakan salah satu contoh sebagai bentuk dari proses belajar. Seorang anak balita (berusia di bawah 5 tahun) memperoleh mobil-mobilan dari ayahnya. Lalu ia mencoba mainan ini dengan cara memutar kuncinya dan meletakkannya pada suatu permukaan atau dataran.

Perilaku “memutar” dan “meletakkan” tersebut merupakan respons atau reaksi atas rangsangan yang timbul/ada pada mainan itu (misalnya, kunci dan roda mobil-mobilan tersebut).Pada permulaan, respons anak terhadap stimulus yang ada pada mainan tadi biasanya tidak tepat atau setidak-tidaknya tidak teratur. Namun, berkat latihan dan pengalaman berulang-ulang, lambat laun ia menguasai dan akhirnya dapat memainkan mobil-mobilan dengan baik dan sempurna.

1.   Teori Belajar

Teori belajar sangat banyak dan beraneka ragam. Setiap teori menjelaskan aspek-aspek tertentu dalam belajar, dan setiap teori yang dijadikan dasar akan mewarnai proses pembelajaran yang berlangsung. Dalam praktek, suatu teori belajar tidak dapat diterapkan untuk berbagai situasi pembelajaran. Penerapan suatu teori mungkin cocok untuk suatu situasi tertentu dan tidak untuk situasi yang lain.

Setiap teori belajar dirumuskan berdasarkan kajian tentang perilaku individu dalam proses belajar. Kajian itu pada intinya menyangkut dua hal:

1)   Konsep yang menganggap bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah kemampuan potensial (daya-daya), seperti menalar, mengingat, mengkhayal, yang dapat dikembangkan dengan latihan.
2)  Konsep yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu sistem energi yakni suatu sistem tenaga yang dinamis yang berupaya memelihara keseimbangan dalam merespon sistem energi lain sehingga ia dapat berinteraksi melalui organ rasa. Sistem energi ini meliputi respon terhadap stimulus, motivasi, dan proses penalaran.

Berdasarkan kajian terhadap kedua macam konsep itulah, teori-teori belajar dibangun yang secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam aliran, yaitu:

1)   Disiplin mental atau psikologi daya, yang memandang bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah daya yang beraneka ragam. Belajar pada prinsipnya adalah melatih daya-daya mental tersebut.
2) Behaviorisme atau psikologi tingkah laku, yang menganggap bahwa tingkah laku manusia merupakan kumpulan respon terhadap rangsangan.

Respon ini meliputi dua macam, sehingga menghasilkan dua macam aliran:

1)  Koneksionis atau asosianisme yang menganggap bahwa tingkah laku itu merupakan respon terhadap stimulus tertentu. Penganut aliran atau teori ini menganggap bahwa suatu stimulus (S) mempunyai ikatan dengan response ( R ) tertentu.
2)  Kognitif atau Gestalt yang menganggap bahwa proses kognitif yaitu insight (pemahaman/wawasan) merupakan fundamental (asasi) dari respon manusia. Dengan demikian perilaku manusia itu ditandai oleh kemampuan melihat dan membuat hubungan antar unsur-unsur dalam situasi problematic, sehingga diperoleh insight.

Teori belajar menurut psikologi daya ini adalah kesulitan untuk menentukan jenis bahan pelajaran apa yang terbaik untuk melatih, membentuk, atau mengembangkan otak. Proses belajar yang paling menonojol dalam penerapan teori daya adalah dengan melalui praktek dan latihan (diantaranya memecahkan soal, menghapal, dan mengarang).

Motivasi belajar siswa di pandang tidak begitu penting untuk diperhatikan, demikian pula faktor perbedaan  individual dianggap tidak relevan untuk penerapan teori ini. Persoalan transfer (pengalihan) dalam belajar dipandang sebagai sesuatu yang bersifat otomatis. Artinya, bila daya mental tertentu sudah terbentuk maka kemampuan ini dapat di transfer pada situasi lain.

2.   Perbuatan Yang Dapat disebut Belajar Atau Tidak

Ciri-ciri belajar adalah:

1.   Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor);
2.  Perubahan itu merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan. interaksi ini dapat berupa interaksi fisik dan psikis;
3.   Perubahan  perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen.

Proses belajar dapat diketahui dengan dua pendekatan, yaitu:

1.   Mempelajari belajar langsung di lapangan yang sebenarnya atau biasa disebut dengan naturalistic observation, yaitu cara pendekatan yang langsung pada peristiwa yang terjadi secara alami.
2. Pendekatan melalui laboratorium yaitu mempelajari masalah belajar di laboratorium. Keadaan laboratorium pada umumnya akan mereduksi keadaan sebenarnya.

B.  Karakteristik dan Ragam Hasil Belajar

1.   Karakteristik Belajar

Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik. Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan, antara lain menurut surya (1982), disebut juga sebagai prinsip-prinsip belajar. Diantaranya ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah:

-        Perubahan itu intensional
-        Perubahan itu positif dan aktif
-        Perubahan itu efektif dan fungsional

a.   Perubahan Intensional

Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa siswa-siswi menyadari akan adanya perubahan yang dialami, atau ia sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan pada dirinya seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan sesuatu, keterampilan, dan seterusnya. Karena secara fitrah individu yang bersangkutan tidak menyadari atau tidak menghendaki keberadaanya.

b.   Perubahan Positif Dan Aktif

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif, positif artinya baik, bermartabat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan,yakni diperolehnya sesuatu yang baru (seperti pemahaman dan keterampilan baru) yang lebih baik dari pada sebelumnya. Adapun perubahan yang terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan (misalnya, bayi yang bias merangkak setelah bias duduk), karena usaha anak itu sendiri.

c.   Perubahan Efektif Dan Fungsional

Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni berhasil guna. Artinya, perubahan tersebut membawa makna dan manfaat tertentu bagi siswa dan siswi. Selain itu, perubahan dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relative menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan.

Perubahan fungsional dapat diharapkan memberi manfaat yang luas misalnya ketika siswa-siswi menempuh ujian dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan sehari-hari dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Selain itu, perubahan efektif dan fungsional biasanya bersifat dinamis dan mendorong timbulnya perubahan positif lainnya.

Sebagai contoh, jika seorang siswa/siswi belajar menulis, maka di samping ia akan mampu merangkaikan kata dan kalimat dalam bentuk tulisan, ia juga akan memperoleh kecakapan lainnya seperti membuat catatan,mengarang surat, dan bahkan menyusun karya sastra atau karya ilmiah.

Hasil belajar dipengaruhi beberapa faktor, antara lain karakteristik belajar dan motivasi belajar. Karakteristik belajar yaitu kebiasaan belajar yang baik dan motivasi belajar yaitu keseluruhan kekuatan dan daya penggerak/pendorong agar tujuan belajar tercapai optimal.

2.   Ragam Belajar

Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu dan lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya, maupun dalam aspek tujuan dan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga beraneka macam. Berikut adalah beberapa ragam belajar:

a.   Ragam Abstrak

Belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan cara berfikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh dan memecahkan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat. Disamping penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi dan juga sebagian materi bidang studi agama seperti tauhid.

b.   Ragam Sosial

Belajar sosial pada umumnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, persahabatan, kelompok dan masalah lainnya yang bersifat kemasyarakatan. Selain itu, belajar sosial juga bertujuan untuk mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan member peluang kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya secara berimbang dan proporsional.

c.   Ragam Pemecahan Masalah

Belajar pemecahan masalah yaitu belajar dengan menggunakan metode-metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas.

d.   Belajar Rasional

Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan rasional. Tujuannya adalah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah.

e.   Ragam Keterampilan

Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) tujuannya adalah untuk memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu, dalam belajar jenis ini latihan secara intensif dan teratur amat diperlukan, termasuk dalam belajar ini misalnya belajar olahraga, music, menari, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik dan juga sebagian bidang study agama seperti ibadah shalat dan ngaji.

f.    Ragam Kebiasaan

Ragam belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada, belajar kebiasaan selain menggunakan perintah, suri tauladan dan pengalaman khusus juga penggunaan ganjaran dan hukuman (reward&punishment), tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual).

Selain itu arti tepat dan positif diatas adalah selaras dengan norma dan tata nilai yang berlaku, baik yang bersifat religious maupun yang bersifat cultural dan tradisional, belajar kebiasaan lebih tepat dilaksanakan dalam konteks pendidikan keluarga sebagaimana yang dimaksut oleh undang-undang sistem pendidikan nasional tahun 2003 bab VI bagian keenam pasal 27 ayat (1) namun demikian, tentu tidak tertutup kemungkinan penggunaan pelajaran agama sebagai sarana belajar kebiasaan bagi para siswa.

Ragam belajar adalah merupakan keragaman dari metode cara seorang belajar(bias disebut gaya belajar). Setiap orang memiliki metode belajar yang berbeda. Metode belajar bisa dibagi 3:

1.   Visual

Seseorang dengan gaya belajar visual cenderung memahami sesuatu (seperti pelajaran) dengan melihatnya secara langsung.Gaya belajar tipe visual adalah gaya belajar yang dominan dengan visual. Berikut beberapa ciri dari belajar tipe visual:

-        Berbicara dengan cepat
-        Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban yang singkat
-        Senang terhadap seni dari pada music
-        Suka mengantuk ketika mendengarkan penjelasan yang panjang lebar

2.   Auditorial

Seseorang tersebut lebih mudah untuk memahami sesuatu dengan mendengarnya.Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar yang dominan dengan auditorial atau pendengaran. Berikut beberapa ciri dari belajar tipe auditorial:

-        Berbicara dengan diri sendiri (jawa:gremengan) saat bekerja atau belajar
-        Lebih senang music dari pada seni yang melibatkan visual
-        Senang berdiskusi
-        Berbicara dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar

3.   Kinestetik

Seseorang tersebut lebih mudah memahami sesuatu dengan bergerak (dengan praktek langsung).Gaya belajar tipe kinestetik adalah gaya belajar yang dominan dengan praktek atau eksperimen atau yang dapat diuji coba sendiri. Berikut beberapa ciri dari belajar tipe kinestetik:

-        Berbicara dengan perlahan dan cermat
-        Berorientasi pada fisik dan banyak gerak
-        Menghafal sambil belajar dan melihat
-        Banyak menggunakan bahasa tubuh

Dengan mengetahui karakteristik belajar siswa ini guru akan dapat memberikan bekal kepada siswanya untuk dapat menghadapi perubahan cara atau pola belajar di tiap jenjang pendidikan.

C.  Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR

M. Surya (1979:39-40) mengemukakan pandangannya dalam menyikapi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, antara lain terdiri dari faktor internal dan eksternal.

Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis atau jasmani individu, baik yang bersifat bawaan/hereditas maupun yang diperoleh, misalnya penglihatan, pendengaran, struktur badan dan sebagainya. Faktor internal lain yaitu faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang terdiri dari faktor intelektif (faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat serta faktor actual yaitu kecakapan yang nyata, seperti prestasi). Faktor psikologis lain yaitu faktor non intelektif yaitu komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, kebutuhan, motivasi, konsep diri, penyesuaian diri, emosional dan sebagainya.

Sedangkan faktor eksternal meliputi sosial, lingkungan keluarga, sekolah, teman, masyarakat, budaya, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor lingkungan fisik contohnya fasilitas belajar di rumah, di sekolah, iklim dan faktor spiritual serta lingkungan keluarga. Faktor yang berasal dari dalam individu (internal), baik yang bersifat intelektual maupun non intelektual, mempunyai peranan penting dalam belajar. Karena belajar merupakan proses aktif, dimana individu tidak hanya menerima, tetapi dituntut pula untuk berolah fikir, rasa untuk memperoleh, memahami dan menguasai materi yang dipelajarinya.

Secara global, menurut Muhibbin Syah (2001: 132-139) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yaitu:

-     Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan jasmani dan rohani siswa. Yaitu: aspek fisiologis (jasmani, mata dan telinga) dan aspek psikologis (intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa).
-    Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Yaitu: lingkungan sosial (keluarga, guru, masyarakat, teman) dan lingkungan non-sosial (rumah, sekolah, peralatan, alam).
-   Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran, yang terdiri dari pendekatan tinggi, pendekatan sedang dan pendekatan rendah.

Contoh faktor Internal: Faktor yang berasal dari diri anak.
-        Faktor fisiologi yaitu faktor yang meliputi jasmani anak. Apakah anak sehat, tidak sehat (sakit)?
-        Faktor psychology yaitu faktor yang  meliputi rohani yang mendorong aktivitas  belajar  anak.  Hal  ini  berpengaruh   pada  :  taraf   intelegensi, motivasi belajar, sosial ekonomi, sosial budaya dan lain-lain.

Contoh faktor Eksternal: Faktor yang berasal dari luar diri anak.
-       Faktor non sosial yang meliputi keadaan udara; waktu (pagi; siang dan sore), tempat dan alat-alat yang dipakai dalam pembelajaran.
-        Faktor sosial yang meliputi pendidik, metode pengajaran.
-  Lingkungan sosial sekolah seperti guru, staf, dan teman-teman sekelasnya yang dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.
-        Lingkungan masyarakat, tetangga, juga teman-teman bermain yang disekitar perkampungan siswa tersebut juga mempengaruhi belajar siswa. Yang paling berpengaruh dalam belajar siswa adalah lingkungan keluarga.
-    Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

Contoh lain:

1. Faktor Lingkungan

Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang di sebut Ekosistem. Dua lingkungan yang pengaruh cukup signifikan terhadap belajar anak didik di sekolah:

-    Lingkungan Alami, Pencemaran lingkungan hidup merupakan mala petaka bagi anak didik yang hidup di dalamnya.
-        Lingkungan Sosial Budaya, Lingkungan sosial budaya di luar sekolah ternyata sisi kehidupan yang mendatangkan problem sendiri bagi kehidupan anak didik di sekolah. Pembangunan gedung sekolah yang tak jauh dari hiruk pikuk lalu lintas menimbulkan kegaduhan suasana kelas.

2. Faktor Instrumental

Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan tentu saja pada tingkat kelembagaan,agar dapat mencapai ke arah itu diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baik agar berdaya guna dan berhasil untuk kemajuan belajar anak didik di sekolah:

-        Kurikulum
-        Program
-        Sarana dan fasilitas
-        Guru
-        Kondisi Psikologis pendidik dan peserta didik

3. Kondisi Fisikologis (Keadaan Jasmani)

Kondisi fisikologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya, akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan.

4. Kondisi psikologis (Keadaan Mental)

Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Berarti belajar bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti faktor luar dan faktor dari dalam. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak.Minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif adalah faktor-faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik.

-    Minat, Menurut Slameto (1991 : 182), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat.

-    Kecerdasan, Raden cahaya Prabu (1986) pernah mengatakan dalam mottonya bahwa :”Didiklah anak sesuai taraf umurnya, Pendidikan yang berhasil karena menyelami jiwa anak didiknya”. Yang menarik dari ungkapan ini adalah tentang umur dan menyelami jiwa peserta didik.

-   Bakat, Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu.

-      Motivasi, Menurut Noehi Nasution (1993 : 8 ) motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seorang untuk belajar. Penemuan – penemuan penelitian menunjukan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah.

-        Kemampuan Kognitif, Dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau atau atau berdasarkan kesempatan yang diperoleh di masa lampau.

HASIL BELAJAR

Hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.

Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni : informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. 

Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22).

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:

-    Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
-        Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

-    Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.
-     Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
-    Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
-    Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.
-      Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

D.  Eksperimen Proses Belajar

Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pembelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu.

Metode eksperimen merupakan metode yang umum digunakan pada ilmu eksak seperti biologi, fisika atau ilmu-ilmu alam lainnya. Namun, yang perlu diingat, dalam metode penelitian ilmu sosial dikenal juga metode eksperimen untuk menjelaskan sebuah fenomena.Metode eksperimen dilakukan dengan memberikan treatment (perlakuan) yang berbeda pada setiap grup sampel. Dengan adanya treatment yang berbeda, maka reaksi yang terjadi akan berbeda. Jadi inti dari metode eksperimen adalah “what if”= apa yang terjadi apabila dilakukan perubahan pada setiap grup sampe.

Dengan menggunakan metode eksperimen murid diharapkan:

a.    Ikut aktif mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan belajar untuk dirinya.
b.   Murid belajar menguji hipotesis dan tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan, ia berlatih berpikir ilmiah dan
c.  Mengenal berbagai alat untuk melakukan eksperimen dan memiliki keterampilan menggunakan alat-alat tersebut.

Agar pelaksanaan eksperimen dapat berjalan lancar maka:

a.   Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid
b.   Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan
c.   Perlu memperhitungkan tempat dan waktu
d.   Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid
e.   Guru membicarakan masalah yang akan yang akan dijadikan eksperimen
f.    Membagi kertas kerja kepada murid
g.   Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan
h. Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.

Metode eksperimen tepat dipergunakan:

a.   Apabila akan memberikan keterampilan tertentu.
b.   Untuk memudahkan berbagai jenis penjelasan, sebab penggunaan bahasa lebih terbatas.
c.   Untuk menghindari verbalisme.
d. Untuk membantu anak memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian, sebab lebih menarik.

Menggunakan metode eksperimen dalam proses pembelajaran dikatakan tepat bila:

a. Ingin memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek keadaan atau proses tertentu.
b. Menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir rasional dan ilmiah siswa dalam proses pembelajaran.
c. Guru menginginkan agar siswa mencoba mengerjakan sesuatu, mengamati proses dan hasil percobaan.

Kelebihan metode Eksperimen:

a.   Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b.   Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
c.   Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
d.   Anak didik memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam melakukan eksperimen
e.   Siswa terlibat aktif mengumpulkan fakta dan informasi yang diperlukan untuk percobaan.
f.    Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah.
g.  Dapat memperkaya pengalaman dan berpikir siswa dengan hal-hal yang bersifat objektif, realitas dan menghilangkan verbalisme.
h.  Melalui eksperimen siswa dapat menghayati sepenuh hati dan mendalam, mengenai pelajaran yang diberikan.
i.    Siswa dapat aktif mengambil bagian untuk berbuat bagi dirinya, dan tidak hanya melihat orang lain, tanpa dirinya melakukan.
j.    Siswa dapat aktif mengambil bagian yang besar, untuk melaksanakan langkah-langkah dalam cara berpikir ilmiah. Jalan ini dilakukan melalui pengumpulan data-data observasi, memberikan penafsiran serta kesimpulan.

Kekurangan metode Eksperimen:

a.  Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
b.  Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
c.   Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru dalam bereksperimen berakibat siswa keliru dalam mengambil kesimpulan.
d.  Sering mengalami kesulitan dalam melaksanakan eksperimen karena guru dan siswa kurang berpengalaman melakukan eksperimen.
e.  Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru dalam bereksperimen berakibat siswa keliru dalam mengambil keputusan.
f.    Memerlukan keterampilan/kemahiran dari pihak guru dalam menggunakan serta membuat alat-alat eksperimen
g. Bagi guru yang telah terbiasa dengan metode ceramah secara rutin misalnya. Cenderung memandang metode eksperimen sebagai suatu pemborosan dan memberatkan.

Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a.   Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa.
b.  Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.
c.   Dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu.
d.  Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu.
e.   Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bisa diadakan percobaan karena alatnya belum ada.

Prosedur eksperimen adalah:

a.   Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen, mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen.
b.  Memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.
c.   Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.
d.  Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.

Pembelajaran dengan metode eksperimen meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

a.   Percobaan awal, Pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari.
b.   Pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.
c.   Hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya.
d.  Verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. Aplikasi konsep, setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari.
e.   Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan.

Saran-saran pelaksanaanya Metode Eksperimen:

a.  Metode eksperimen hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis dan urgen dalam masyarakat.
b.  Hendaknya metode eksperimen diarahkan agar murid-murid dapat memperoleh pengertian yang lebih jelas, pembentukan sikap serta kecakapan praktis.
c.   Hendaknya diusahakan agar semua anak dapat mengikuti eksperimen dengan jelas (pengaturan ruang dan tempat duduk).
d. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian sejelas-jelasnya landasan teori dari apa yang akan dieksperimenkan. Perlu menjelaskan tujuan yang akan dicapai melalui eksperimen kepada siswa.
e.  Menjelaskan prosedur/langkah-langkah yang akan ditempuh dalam eksperimen serta persiapan alat-alat eksperimen.
f.   Membantu siswa untuk mendapatkan bahan-bahan bacaan serta alat-alat yang akan diperlukan dalam eksperimen. Setelah eksperimen dilakukan berilah kesempatan kepada siswa untuk saling tukar pendapat dan saling lengkapi-melengkapi kekurangan yang dimilikinya.
g.   Memberikan kesimpulan dan catatan seperlunya terhadap eksperimen yang baru saja dilakukan.
h.   Diharapkan siswa dapat memberikan ikhtisar berupa laporan mengenai hasil eksperimen mereka.


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan

Belajar itu bertujuan untuk mengadakan perubahan. Jelasnya belajar dapat didefenisikan yaitu: Suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup; perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.Menurut para pakar psikologi belajar bahwa pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apa pun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Alasannya, sampai batas tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian organisme yang bersangkutan.

Karakteristik Belajar

a.   Perubahan itu intensional
b.   Perubahan itu positif dan aktif
c.   Perubahan itu efektif dan fungsional

Ragam Belajar

a.   Ragam Abstrak
b.   Ragam Sosial
c.   Ragam Pemecahan Masalah
d.   Belajar Rasional
e.   Ragam Keterampilan
f.    Ragam Kebiasaan

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

a.   Faktor Internal
b.   Faktor Eksternal


DAFTAR PUSTAKA

1.   Munadi Yudhi.2008.Media Pembelajaran.Ciputat: GB Press.
Sumber referensi internet:
2.   http://pintubelajarcerdas.blogspot.co.id/2016/09/makalah-psikologi-belajar-tentang.html
3.   http://dibukasaja.blogspot.com/2013/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses.html
4.   http://seputarkampusorange.blogspot.com/2013/04/faktor-yang-mempengaruhi-belajar.html
5.   Internet, http://mediaindonesia.co.cc/search/label/psikologi+belajar, di akses 24 Juni 2015

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Makalah Psikologi Belajar Tentang Konsep Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi"

Post a Comment